by Taufiq Sidik Prakoso - Espos.id Solopos - Minggu, 29 Agustus 2021 - 22:28 WIB
Esposin, KLATEN -- Terjunan air di Objek Mata Air Cokro (OMAC), Kecamatan Tulung, Klaten, sudah 14 tahun dimanfaatkan menjadi energi listrik melalui fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Listrik yang dihasilkan pun hingga kini masih mampu memenuhi kebutuhan objek wisata tersebut sehingga bisa menghemat pengeluaran untuk listrik.
Unit PLTMH Cokro dibangun pada 2007 lalu menggunakan bantuan dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah. Pengoperasian PLTMH memanfaatkan air dari Umbul Ingas yang juga dimanfaatkan untuk air minum serta irigasi hingga wisata.
Unit PLTMH Cokro terdiri dari dua unit generator induksi berkapasitas masing-masing 30 kVA. Belasan tahun beroperasi selama 1 x 24 jam per hari, unit PLTMH itu masih menunjukkan kemampuannya mengubah energi potensial menjadi energi listrik.
Baca Juga: Keren! Warga Desa Sidorejo Klaten Kembangkan Website, Ini Tujuannya
Teknisi PLTMH Cokro, Supriyono, 40, menceritakan prinsip kerja PLTMH tersebut. Air dari Umbul Ingas mengalir pada saluran irigasi melewati sekat besi yang menjadi filter sebelum masuk ke bak penenang.
Air terus mengalir hingga ke bendungan. Air yang terjun dari bendungan mendorong baling-baling hingga turbin berputar dan menggerakkan generator yang mengonversi energi mekanik menjadi energi listrik.
Namun, para pelaku industri soun memilih menggunakan aliran listrik dari PLN. Alhasil, aliran listrik dari unit PLTMH dialihkan pemanfaatannya untuk objek wisata. “Pernah digunakan untuk pelaku industri soun di Bendo sekitar setahun. Karena sudah menggunakan PLN yang dari sini tidak digunakan,” kata Supri saat ditemui Esposin, Jumat (27/8/2021).
Baca Juga: Tak Ada Izin Satgas Covid-19, Kegiatan Ormas di Hotel Wilayah Klaten Didatangi Satpol PP
Listrik dari PLTMH dimanfaatkan untuk memasok kebutuhan energi listrik di kawasan objek wisata hingga kini sebagai pendamping listrik dari PLN. Selain itu, aliran listrik dari PLTMH juga dimanfaatkan ke rumah warga.
Namun, saat ini aliran listrik dari PLTMH hanya dimanfaatkan satu rumah dari sebelumnya empat rumah. Aliran listrik PLTMH di kawasan objek wisata dimanfaatkan untuk lampu penerangan, perkantoran, hingga menggerakkan pompa air untuk mengalirkan air ke kolam-kolam di OMAC.
Supri mengatakan di kawasan objek wisata setidaknya ada 50 lampu dengan daya bervariasi seperti 18 watt serta 45 watt. Belum lagi lampu penerangan di depan kawasan objek wisata serta perkantoran.
Selain lampu, listrik dari PLTMH juga dimanfaatkan untuk menyalakan kulkas. Sementara itu, ada enam pompa air di kawasan objek wisata dengan kapasitas bervariasi yakni 1,5 kVA dan 5 kVA.
Baca Juga: Bantu Tingkatkan Kualitas Sarana Pasar Ngeseng Klaten, Kelompok KKN UNS Bikin Alat Cuci Otomatis
Alhasil, dengan enam pompa dan lampu penerangan, ada penghematan biaya pemakaian energi listrik hingga belasan juta rupiah per bulan. Sementara itu, biaya perawatan PLTMH per bulan kebutuhan oli serta vaselin per bulan sekitar Rp200.000.
Biaya penggantian van belt yang menghubungkan turbin dengan generator Rp80.000 per tiga hingga lima bulan sekali. Soal perawatan lain, Supri mengatakan sampah menjadi kendala utama agar putaran turbin tetap stabil.
Sampah yang mendominasi pada saluran air yakni daun lantaran banyaknya pohon rindang di kawasan tersebut. Lantaran hal itu, Supri rajin mengecek dan membersihkan saluran air saban pagi, siang, hingga malam. Terlebih ketika ada angin kencang serta hujan deras.
Baca Juga: Klaten PPKM Level 4, Tim Gabungan Gelar Penyekatan di Perbatasan Jateng-DIY
Supri menjelaskan hingga kini mayoritas alat pada unit PLTMH belum diganti. Meski masih bisa menghasilkan listrik, kemampuan PLTMH di Cokro itu tak seprima dulu. “Kalau dulu kuat arusnya bisa sampai 30 A sekarang hanya sekitar 25 A,” kata Supri.
Kasi Pengelolaan dan Pengembangan Daya Tarik Sarana Wisata Disparbudpora Klaten, Ahmad Susanto, membenarkan aliran listrik dari PLTMH masih dimanfaatkan untuk kebutuhan listrik objek wisata. “Keberadaan PLTMH sangat membantu. Kalau dihitung penghematan per bulan itu bisa jutaan rupiah,” katanya.
Baca Juga: Warung Soto Legendaris Mbah Darmo Wanglu, Rasanya Ada Manis-Manisnya dan Gurih
Kasubid Penelitian dan Pengembangan Bappeda Klaten, Sri Nuryani, menjelaskan potensi penggunaan energi baru terbarukan di Klaten masih sangat besar. Ia mencontohkan pemanfaatan kotoran ternak untuk biogas dengan kondisi Klaten yang banyak ternak sapi.
Begitu pula dengan pengembangan PLTMH di Klaten yang terkenal sebagai daerah yang kaya akan sumber mata air. Namun, kendala utama agar penerapan teknologi bisa berlangsung secara kontinu yakni mengubah pola pikir masyarakat ihwal pentingnya penggunaan energi baru terbarukan.