Langganan

Bedah Buku “Di Bawah Kuasa Naga”, Hasil Reportase Fatris MF di Pulau Komodo - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Dhima Wahyu Sejati  - Espos.id Solopos  -  Sabtu, 8 Juni 2024 - 20:08 WIB

ESPOS.ID - Penulis, jurnalis, sekaligus fotografer asal Padang, Fatris MF (depan kiri) ketika menjadi narasumber dalam diskusi buku miliknya berjudul Di Bawah Kuasa Naga di Hetero Space Solo, Jumat (7/6/2024) malam. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Esposin, SOLO — Penulis, jurnalis, sekaligus fotografer asal Padang, Fatris MF melakukan perjalanan ke Pulau Komodo dan sekitarnya pada 2020.

Ketika itu pandemi Covid-19 sedang ganas-ganasnya.

Advertisement

Ia menulis, memotret, dan membuat video tentang kehidupan orang-orang keturunan Ata Modo itu.

Sebagai orang yang tumbuh dan besar ketika pemerintahan Orde Baru (Orba) berkuasa, ia banyak memiliki ingatan tentang komodo.

Sebab mendiang Presiden Soeharto sangat gencar mempromosikan hewan purba itu sebagai daya tarik wisata Indonesia di kancah internasional.

Bahkan Fatris mengatakan banyak anak kecil waktu itu dikenalkan komodo lewat merek pasta gigi yang rasanya manis.

Kemasannya yang warna-warni serta kesan lucu membuat anak-anak mudah sekali terpikat.

Boneka lucu nan menggemaskan, Si Komo yang selalu digendong oleh Kak Seto juga turut membentuk persepsi anak-anak tentang komodo.

Ia juga tidak lupa lirik “macet lagi, macet lagi gara-gara Si Komo lewat, Pak Polisi bingung, orang-orang ikut bingung” karena membuat macet Ibu Kota.

Advertisement

Lirik itu dinyanyikan penyanyi cilik Melisa dalam lagu Si Komo Lewat Tol pada 1995.

Dua puluh lima tahun kemudian Faris menempuh perjalanan sejauh 3.229 kilometer dari Padang, Sumatra Barat menuju Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada akhir 2020 lalu.

Dia mendarat dari pesawat di Bandar Udara Internasional Komodo di Labuan Baju. Labuan Bajo adalah titik keberangkatan untuk tur ke Taman Nasional Komodo.

Setelah mendarat, dia sempat menuju Pulau Rinca yang menjadi bagian dari Taman Nasional Komodo.

Di pulau yang menjadi habitat Si Naga itu Fatris bertemu dan berinteraksi dengan masyarakat lokal.

Fatris mengaku tertarik pergi ke Pulau Komodo lantaran pada 2020 lantaran sedang terjadi ketegangan lantaran adanya wacana masyarakat setempat akan dipindah entah ke mana.

Dia ingin melihat dari dekat bagaimana masyarakat di sana hidup.

Advertisement

“Saya lama di sana, kira-kira satu bulan. Di sana saya menulis, memotret, dan saya rekam. Di buku saya tidak akan ditemukan foto komodo yang berdiri dengan menjulurkan lidahnya dengan latar matahari terbenam. Saya mungkin agak menepis hal-hal eksotisme semacam itu,” kata dia dalam diskusi bukunya di Hetero Space Solo, Jumat (7/6/2024) malam.

Dalam bukunya, Fatris lebih banyak memotret kehidupan masyarakat Pulau Rinca dan Pulau Komodo, alih-alih mengekspos hewan purba itu.

Ia lebih memilih berkenalan dengan orang asli sana hingga akhirnya diajak berkeliling sambil berbincang dengan orang yang tinggal di dua pulau itu.

Interaksi Komodo dengan Manusia

Salah satu yang diajak bicara Fatris adalah seorang nenek bernama Fatima, yang mengaku keturunan dari Ata Modo, masyarakat adat suku Modo.

Suku Modo adalah penduduk asli Pulau Komodo dan telah lama tinggal selama ratusan tahun.

Fatris mencatat, Fatima pernah selamat dari gigitan komodo pada 2013.

Tidak ada rasa takut, apalagi trauma ketika nenek itu menceritakan ulang bagaimana dia hampir dimangsa binatang buas tersebut.

Fatris sempat bingung, berdasarkan hasil bacaannya, hewan purba yang ganas itu tidak mungkin dengan mudah melepas mangsanya begitu saja.

Advertisement

Komodo tidak segan memangsa apapun, termasuk manusia. Komodo adalah hewan kanibal yang tidak kenal belas kasihan.

Melihat komodo di Taman Nasional Pulau Komodo.(kemenparekraf)

Namun jawabannya segera muncul dari mulut Fatima. Nenek itu punya "ikatan batin" dengan komodo yang hampir mengoyak organ tubuhnya itu.

Fatima menggunakan bahasa Suku Komodo ketika mencoba membujuk kadal raksasa itu agar sudi melepasnya.

Ajaib, Fatima berhasil lepas. Kadal besar itu ditangkap warga.

“Coba saya tidak pakai bahasa Komodo, habis saya. Buaya darat itu menangis. Saya melihatnya, semua orang melihatnya. Bapak saya berasal dari Komodo, saya orang Komodo, komodo mengerti bahasa saya,” kata Fatima, tulis Fatris, seperti dikutip dari buku Di Bawah Kuasa Naga (2024), Sabtu (8/6/2024).

Adegan Fatima yang hampir dimangsa itu menggambarkan bagaimana relasi antara warga setempat dengan hewan komodo.

Advertisement

Hubungannya unik, sebagian warga tidak menganggap komodo ancaman melainkan teman.

Dianggap teman, sebab sudah ratusan tahun komodo hidup berdampingan dengan suku asli Pulau Rinca maupun Pulau Komodo.

Fatris menulis dalam bukunya, dalam legenda dan kepercayaan masyarakat, komodo adalah buah cinta dari seorang pemuda setempat dengan Putri Naga yang cantik.

Kemudian Putri Naga hamil dan melahirkan dua anak bernama Gerong dan Ora.

Gerong lahir dalam wujud manusia sedangkan Ora lahir dalam wujud naga atau komodo. Sehingga Ora harus harus memisahkan diri ke hutan.

Pada satu kesempatan, Gerong sedang berburu rusa di hutan. Rusa hasil buruannya itu hampir dimakan Ora.

Alhasil, Gerong berusaha mencegah Ora dengan berniat membunuhnya.

Advertisement

Namun sang ibu, Putri Naga memberitahu bahwa mereka berdua adalah saudara kembar.

Setelah tahu, kakak beradik itu hidup berdampingan dan saling menjaga satu sama lain. Cerita itu secara lisan diturunkan dari generasi ke generasi hingga sekarang.

Selama sebulan Fatris bertemu dengan banyak orang dengan kisahnya masing-masing.

Dia dokomentasikan pertemuan itu lewat tulisan, foto, dan video. Video yang ia rekam dijadikan film dokumenter pendek tentang masyarakat Pulau Rinca dan Pulau Komodo.

Sedangkan puluhan hasil jepretan dan sedikit catatan perjalanannya, ia tuangkan dalam buku berjudul Di Bawah Kuasa Naga-The Land of Dragons yang diterbitkan oleh penerbit dari Yogyakarta, JBS pada 2024.

Advertisement
Abu Nadzib - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif