Langganan

Bebek Mati di Sukoharjo Positif AI - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Farid Syafrodhi Jibi Solopos  - Espos.id Solopos  -  Jumat, 11 Januari 2013 - 16:33 WIB

ESPOS.ID - Farid Syafrodhi

Farid Syafrodhi/JIBI/SOLOPOS

SUKOHARJO—Ratusan bebek yang mati di Dusun Gedangan Gemancil, Desa Bugel, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, positif terkena Avian Influenza (AI) atau flu burung. Hal itu terungkap setelah tim dari UPTD Pos Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo memeriksa bebek yang sudah terjangkit virus maupun yang sudah mati di dusun tersebut, Jumat (11/1/2013).

Advertisement

Pantauan Espos di Dusun Gedangan Gemancil, Jumat, sejumlah petugas dari UPTD Pos Keswan mendatangi beberapa rumah warga yang memiliki ternak unggas bebek. Petugas antara lain memeriksa kondisi fisik bebek yang terkena penyakit, terutama pada bagian mata. Petugas juga mengambil sampel cairan pada tubuh bebek.

Dari hasil pemeriksaan sementara rapid test oleh petugas di lokasi, didapati bahwa bebek yang mati di desa tersebut negatif terkena AI. Tapi saat dilihat gejala klinisnya, bisa dikategorikan positif AI. “Jenis virus yang menyerang bebek ini sama dengan virus yang menyerang pada ayam, yakni virus H5N1. Bedanya, virus baru ini hanya menyerang itik. Sedangkan unggas yang lain tidak terserang,” ujar Kepala UPTD Pos Keswan Dispertan Sukoharjo, Ngatmini, saat ditemui wartawan di sela-sela pemeriksaan, Jumat.

Lebih lanjut ia mengatakan, kantung empedu bebek yang terkena virus tersebut jadi membengkak. Bila dibedah, maka otak bebek itu berwarna kehijauan. Menurut Ngatmini, virus tersebut menyerang dan merusak organ syaraf dan membuat kebutaan. Perlahan-lahan mata bebek tersebut akan berubah menjadi keputih-putihan. “Itu yang menyebabkan bebek berjalan sempoyongan,” ungkapnya.

Advertisement

Ia menyarankan kepada para peternak di desa tersebut untuk memusnahkan bebek yang sudah mati dengan cara dikubur. Sedangkan bebek yang sudah terserang virus namun belum mati, disarankan untuk dipisahkan dengan bebek yang sehat agar tidak tertular. Bebek sakit yang masih hidup itu, kata dia, sudah telanjur tidak bisa diobati dan dibiarkan mati. Petugas juga melarang kepada peternak untuk tak menjual bebeknya yang sakit.

Kendati di dusun tersebut ada banyak bebek yang terkena AI, virus tersebut tidak menular ke manusia sebab penyakit tersebut masih tergolong zoonosis atau hanya tertular pada hewan sejenis. Selain itu, sambung Ngatmini, peternak juga diminta untuk membuat biosekuriti, yakni bebek yang sudah sakit tidak boleh keluar dari Desa Bugel hingga virus tersebut benar-benar hilang.

“Sekitar sebulan hingga tiga bulan, bebek di Bugel tidak boleh keluar dari Bugel. Ini untuk meminimalisasi penularan ke itik yang lain di luar Bugel,” jelas Ngatmini. Terlebih lagi, kata dia, bagi warga boro yang mendapatkan titipan unggas di rumahnya. Bila bebek berpenyakit dibawa ke luar Bugel, maka pihaknya kesulitan untuk memantau perkembangannya.

Advertisement
Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif