Langganan

Banyak Tantangan, Industri Padat Karya Putar Uang Rp29 Miliar/Bulan di Wonogiri - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Muhammad Diky Praditia  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 19 Mei 2024 - 18:22 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi industri padat karya. (Dok Solopos)

Esposin, WONOGIRI -- Sektor usaha industri padat karya memberikan konstribusi yang sangat besar dalam mengatasi masalah pengangguran dan menjadi mesin perputaran dan pertumbuhan ekonomi di Wonogiri. Sektor ini menyerap banyak tenaga kerja meski juga masih menghadapi banyak tantangan.

Advertisement

Tantangan dalam pengembangan usaha industri padat karya di Wonogiri itu mulai dari ketersediaan tenaga kerja profesional hingga akses yang terlalu jauh dengan pusat perdagangan nasional maupun internasional.

Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerperin) Wonogiri mencatat ada 18 industri padat karya di Wonogiri. Jumlah itu hanya 3,75% dari 480 bidang usaha di Wonogiri yang memiliki tenaga kerja minimal 10 orang. Mayoritas industri itu bergerak di bidang usaha garmen atau produksi pakaian jadi.

Serapan tenaga kerja pada sektor ini per April 2024 mencapai 14.449 orang atau 50,42% dari total 28.657 orang yang bekerja di 480 perusahaan di berbagai bidang usaha, baik swasta maupun milik pemerintah.

Advertisement

Dari jumlah itu saja, perputaran uang dari hasil pendapatan pekerja di sektor padat karya itu minimal mencapai Rp29,5 miliar per bulan. Hal itu dengan asumsi semua tenaga kerja tersebut mendapatkan upah minimal setara upah minimum kabupaten (UMK) senilai Rp2.047.500/orang/bulan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri pada 2022 sudah menetapkan rancangan pembangunan industri untuk 20 tahun ke depan mulai 2022-2042. Ada 4.833 hektare (ha) wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan peruntukan industri dan tersebar di 25 kecamatan.

Tetapi hanya sembilan kecamatan yang diizinkan untuk industri besar antara lain Selogiri, Wonogiri, Wuryantoro, Eromoko, Pracimantoro, Giritontro, Giriwoyo, Ngadirojo, dan Sidoharjo. Penetapan wilayah peruntukan industri itu menjadi upaya Pemkab Wonogiri untuk meningkatkan investasi skala besar.

Dengan begitu diharapkan akan berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sejumlah kalangan menilai Wonogiri cukup potensial untuk menjadi wilayah industri meski ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi.

Sulit Mencari Pekerja dengan Keahlian Tertentu

Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Wonogiri, Gangsar Laksono, mengatakan sektor industri padat karya selama beberapa tahun terakhir banyak yang berjalan di Wonogiri. Sektor ini sudah menyerap banyak tenaga kerja. Itu artinya bidang usaha tersebut cocok dijalankan di Wonogiri.
Advertisement

Potensi usaha industri sektor padat karya masih bisa dikembangkan secara luas di Wonogiri asalkan berbagai hambatan dan tantangan yang selama ini dihadapi perusahaan bisa teratasi.

Human Resource Manager (HRM) PT Deltomed Laboratories Wonogiri itu menerangkan sumber daya manusia (SDM) di Wonogiri sebenarnya sudah cukup memenuhi kebutuhan industri. Terutama mereka yang bekerja sebagai pelaksana atau operator produksi.

Aktivitas pekerja di pabrik garmen PT Liebra Permana, Selogiri, Wonogiri, belum lama ini. (Solopos/Diky Praditia)

Para tenaga kerja asal Wonogiri juga cukup cakap dalam mengerjakan pekerjaan mereka. Selain sudah belajar di sekolah, mereka juga sudah mendapat tambahan berbagai keterampilan melalui Balai Latihan Kerja (BLK).

Advertisement

Hanya, perusahaan cukup kesulitan mencari ketika membutuhkan SDM untuk bekerja di bagian tertentu yang mengharuskan tenaga kerja tersebut lulusan akademi atau universitas. Hal ini bisa dipahami lantaran di Wonogiri minim sekali perguruan tinggi.

Di sisi lain, tenaga kerja Wonogiri lulusan perguruan tinggi lebih memilih merantau dan bekerja di luar daerah lantaran dinilai menjanjikan pendapatan lebih besar.

“Kami senang sekali ketika tenaga kerja yang direkrut itu orang lokal Wonogiri. Tetapi ketika kami membutuhkan tenaga kerja dengan kualifikasi lulusan akademi atau universitas, kami masih kesulitan. Maka biasanya terpaksa ambil tenaga kerja dari luar,” kata Gangsar saat dihubungi Esposin, Minggu (19/5/2024).

Tantangan lain dalam pengembangan industri besar di Wonogiri yakni askes ke pusat trading atau perdagangan tidak mudah. Wilayah Wonogiri cukup jauh dengan pelabuhan dan bandara. Ini yang membuat pengusaha berpikir dua kali ketika ingin investasi pada industri besar di Kota Sukses.

Angka Pengangguran Wonogiri Terendah Se-Jateng

“Sebenarnya ada kereta api di Wonogiri itu bisa menjadi potensi untuk muatan kargo. Tinggal bagaimana nanti ke depannya,” ujar dia.
Advertisement

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengatakan sektor usaha industri swasta di Wonogiri banyak menyerap tenaga kerja. Keberadaan sektor ini juga berkontribusi terhadap pengurangan tingkat pengangguran terbuka yang saat ini paling rendah se Jawa Tengah.

Dalam Berita Resmi Statistik Keadaan Ketenagakerjaan Wonogiri 2023, tercatat jumlah angkatan kerja di Wonogiri sebanyak 713.252 orang. Dari jumlah itu, hanya 13.730 orang atau 1,92% di antaranya yang menganggur. Persentase tingkat pengangguran terbuka di Wonogiri juga cenderung menurun dari tahun ke tahun seperti terlihat pada data berikut:

Hal itu menjadi alasan Pemkab Wonogiri menetapkan kawasan peruntukan industri. Arah kebijakan itu untuk mengakomodasi investor masuk ke Wonogiri sehingga bisa lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja. Dengan begitu, perputaran dan pertumbuhan ekonomi di Wonogiri bisa meningkat.

Hanya, sambung dia, saat ini penyerapan tenaga kerja sektor tersebut masih kecil jika dibandingkan sektor usaha pertanian dan perdagangan skala mikro kecil. Pada kenyataannya, ekonomi Wonogiri masih ditopang dua sektor tersebut.

Petani kopi di Desa Bligo, Puhpelem, Wonogiri, menunjukkan tanaman kopi yang sudah mulai berbuah, Sabtu (2/5/2024). Usaha pertanian masih menjadi penopang ekonomi di Wonogiri. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Berdasarkan Data Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Wonogiri, jumlah usaha mikro dengan investasi usaha di bawah Rp1 miliar mencapai 54.976 pada 2023. Jumlah itu mencapai 97,78% usaha yang berjalan di Wonogiri.

Menurut Jekek, sapaan akrab Bupati, tenaga kerja Wonogiri saat ini justru banyak yang lebih mandiri. Mereka membuka usaha skala mikro. Meski begitu, usaha skala besar tetap bertumbuh di Wonogiri. Misalnya usaha di bidang peternakan. Sejumlah perusahaan garmen juga berkembang.

Nilai Investasi

“Secara persentase tenaga kerja di Wonogiri rendah, masyarakat kami ini masyarakat yang mandiri,” kata Jekek.
Advertisement

Kepala Seksi Data DPMPTSP Wonogiri, Sriyanto, menuturkan per 2023, usaha skala besar dengan investasi di atas Rp10 miliar di Wonogiri ada 287 usaha. Akumulasi nilai investasi dari 287 usaha itu mencapai Rp2,7 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 29.453 orang. Kebanyakan dari usaha itu adalah perusahaan garmen.

Menurut dia, nilai investasi dan jumlah tenaga kerja di industri besar itu relatif stabil. Artinya selama beberapa tahun terakhir tidak ada perubahan signifikan pada sektor ini. Penyerapan tenaga kerja paling banyak di Wonogiri justru ada di usaha mikro, yakni mencapai 101.335 orang.

”Jadi ternyata warga Wonogiri itu banyak yang berusaha di rumah-rumah, skalanya mikro. Mereka mandiri menghidupi diri sendiri, ekonomi di desa berjalan. Makanya saat pandemi Covid-19, sebenarnya ekonomi Wonogiri tidak begitu terdampak,” ucap Sriyanto.

Selain itu, lanjut dia, sektor usaha pertanian dan peternakan masih menjadi yang terbanyak kedua jumlah usaha yang dijalankan di Wonogiri. Sriyanto menjelaskan tantangan pengembangan industri besar di Wonogiri yaitu menyinkronkan potensi daerah.

Misalnya produksi pengolahan hasil pertanian dan peternakan. Dengan demikian, hasil pertanian tidak hanya dijual secara mentah, melainkan juga sudah diolah. ”Contohnya industri pengolahan hasil pertanian jagung menjadi makanan atau bahan makanan, pengolahan ketela, pengolahan daging sapi, dan sebagainya,” ucap dia.

Dia menambahkan selain industri garmen dan pengolahan hasil pertanian, potensi industri yang cukup besar untuk dikembangkan di Wonogiri ialah usaha ekstraktif sumber daya alam. Ada sejumlah wilayah di Wonogiri yang memiliki kandungan mineral yang bisa dieksploitasi.

“Sudah ada yang dalam proses, misalnya pabrik semen di Pracimantoro. Tetapi itu prosesnya lama,” jelas Sriyanto.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif