by Aris Munandar - Espos.id Solopos - Senin, 3 Agustus 2020 - 09:00 WIB
Esposin, WONOGIRI -- Nasi atau sego berkat yang biasanya disajikan hanya saat ada orang menggelar hajatan kini tengah populer di kalangan masyarakat termasuk di Wonogiri.
Penjual nasi dengan ciri khas dibungkus daun jati tersebut dapat ditemui di beberapa kota, seperti Solo dan Jakarta. Di Wonogiri, sego berkat biasanya diberikan kepada tamu hajatan perempuan untuk dibawa pulang.
Biasanya, tamu laki-laki diberi makan di tempat hajatan. Sementara tamu perempuan tidak diberi nasi. Sebagai gantinya mereka mendapat nasi berkat yang dibungkus daun jati dan dibungkus plastik untuk dibawa pulang ke rumah.
Positif Covid-19 Karanganyar Tambah 2 Orang: ASN Solo dan Pegawai RSUD dr Moewardi
Positif Covid-19 Karanganyar Tambah 2 Orang: ASN Solo dan Pegawai RSUD dr Moewardi
Dalam satu plastik berisi nasi berkat untuk tamu hajatan di Wonogiri itu ada tiga bungkusan. Pertama, nasi putih biasa dengan porsi banyak. Kedua, lauk berupa semur daging sapi, bihun, oseng cabai, serundeng atau parutan kelapa yang digoreng, dan kecambah.
Sedangkan satu bungkus lainnya yakni nasi dengan ukuran kecil, tetapi di dalamnya sudah lengkap dengan lauk-pauknya. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan "pupukan".
Ada ASN Positif Covid-19, Satu Gedung di Balai Kota Solo Ditutup Sementara
Penjual pertama nasi berkat di Baturetno, Wonogiri, yakni Yanti. Namun sejak beberapa bulan lalu, Yanti sakit dan sudah tidak lagi membuat nasi berkat.
"Awalnya dulu saya juga sempat kerja sama dengan Bu Yanti. Kemudian saya bikin sendiri untuk dijual di angkringan," kata dia saat ditemui Esposin, Minggu (2/8/2020).
Sego berkat yang dibikin Bambang Tri mempunyai ciri khas tersendiri. Ia menambahkan tempe bacem di dalam sego berkat itu. Pada umumnya lauk sego berkat terdiri dari semur daging sapi, bihun, oseng cabai, srondeng atau parutan kelapa yang digoreng, dan kecambah.
Awalnya, ia menyediakan sebanyak 60 hingga 70 bungkus nasi berkat setiap hari di angkringan miliknya di Baturetno, Wonogiri. Namun saat ini ia hanya menyediakan 20-25 bungkus setiap harinya.
Pecah Telur! Kota Madiun Catatkan Kasus Kematian Pertama Akibat Covid-19
Penjualannya menurun setelah beberapa angkringan lain juga menyediakan nasi berkat. "Masing-masing angkringan mempunyai ciri khas sendiri dalam menghidangkan nasi berkat, baik dari bentuk bungkus maupun isinya. Saya senang teman-temean mempunyai kreasi sendiri," ungkap dia.
Selain dijual di angkringan, ia juga menerima pesanan nasi berkat dari warga. Satu bungkus nasi berkat dihargai Rp6.000.
Hal itu disebabkan nasi dibungkus dengan daun jati. Sejak nasi berkat populer akhir-akhir ini, saudara dan teman Tri belajar kepada dirinya untuk membuat nasi berkat. Saudaranya berasal dari Solo. Sedangkan temannya berasal dari Karanganyar dan Malang.
"Mereka ke sini kemudian saya ajari membuat nasi berkat. Saudara dan teman saya itu mau pensiun dari pekerjaan mereka, kemudian mau buka usaha nasi berkat," ujar dia.
Viral Goweser Berfoto di Beton Pemecah Arus, Pengelola Dam Colo Nguter Sukoharjo: Itu Bahaya!
Tri ikut senang dengan kian populernya nasi berkat akhir-akhir ini termasuk di Wonogiri. Ia senang orang lain juga ikut berkembang. Selain itu nasi khas hajatan tersebut bisa tetap dinikmati meski tidak ada orang yang menyelenggarakan hajatan.
Tri menambahkan saat masih kecil ia dan temannya sangat senang ketika menunggu orang tuanya pulang dari hajatan. "Dulu makan dengan teman itu segar sekali. Apalagi bungkusnya daun jati," kata Tri.