by Tri Rahayu Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Minggu, 18 Maret 2012 - 15:37 WIB
Lebih dari 10 ekor ayam bertengger di kayu setinggi 1,5 meter di pintu masuk sisi timur Kompleks Sekretariat Daerah (Setda) Pemkab Sragen, Minggu (18/3/2012).
Ayam jantan itu sengaja diletakkan pada kayu yang dirancang semikian rupa dengan jarak sekitar 50 cm antara tempat ayam satu dengan ayam lainnya. Di bawah kaki ayam terdapat nomor urut yang dipasang pengurus Paguyuban Ayam Ketawa Sragen Asri (PAKSA).
Kokokan ayam ketawa bersahut-sahutan. Kepakan sayap sesekali terdengar. Kokokan ayam ini berbeda dengan kokokan ayam jawa pada umum. Berbeda pula dengan ayam cerama atau ayam kate. Suaranya seperti suara orang ketawa. Dengan kokokan yang khas itulah ayam asal Sulawesi Selatan itu dijuluki sebagai ayam ketawa.
Itu bukan lomba ayam ketawa. Ayam-ayam itu sengaja ditenggerkan hanya untuk latihan memamerkan suara kokokannya. Ternyata ada bermacam-macam suara ketawa ayam jenis ini. Ketua PAKSA, drh Agung Sugiyarto Putra, saat dijumpai Esposin, Minggu siang, menyebut jenis suara ayam ini bervariasi, ada suara gretek, suara dangdut, slow, bahkan ada juga suara ayam yang menyerupai suara tokek dan kuntilanak.
Semakin unik nyanyian ayam semakin mahal nilai jualnya. Harga ayam ini cukup stabil bila dibandingkan harga ayam cerama yang anjlok dratis.
Harga anak ayam berumur satu bulan saja, menurut Agung, nilainya sampai Rp150.000/ekor. Sedangkan harga ayam yang sudah dewasa berkisar antara Rp1 juta-Rp4 juta/ekor tergantung jenis kokokannya.
“Hari ini merupakan pertemuan rutin anggota paguyuban untuk melatih ayam-ayam mereka. Lomba ayam ketawa biasanya digelar pada pekan pertama. Bila pada kelas nasional yang dinilai keunikan kokokan ayam, tapi pada lomba di Sragen ini hanya frekuensi kokokan. Semakin sering ayam berkokok, maka semakin dekat untuk menjadi juara,” ujar Agung.