by Mariyana Ricky P.d - Espos.id Solopos - Rabu, 16 Februari 2022 - 00:30 WIB
Esposin, SOLO -- Penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjadi momok di musim penghujan selain persebaran virus corona dan omicron yang masih menjadi ancaman bagai kesehatan warga Solo. Semua pihak, termasuk masyarakat diminta waspada.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, hingga pekan kedua Februari 2022, jumlah kasus DBD yang dilaporkan mencapai 12 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2021 yang hanya 29 kasus sampai akhir tahun.
Kasus DBD pada anak lebih membahayakan, terlebih tak sedikit yang baru dibawa ke rumah sakit (RS) saat sudah mengalami DSS atau dengue shock syndrome.
Baca Juga: Demam di Musim Hujan dan Banjir Bisa Jadi Tanda 7 Penyakit Ini
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Solo, Hari Wahyu Nugroho, mengakui saat ini sedang musim DBD yang menjadi ancaman kesehatan warga. Pada kasus DBD, yang paling membuat dokter khawatir adalah merembesnya cairan keluar dari pembuluh darah, kemudian masuk ke perut, paru-paru yang membuat sesak napas.
"Karena cairan merembes keluar, akibatnya darah mengental sampai enggak bisa mengalir, bahkan untuk ke otak dan jantung saja tidak bisa. Itulah yang dinamakan DSS, kondisi paling fatal akibat perembesan cairan,” katanya melalui layanan perpesanan Whatsapp kepada Esposin, Selasa (15/2/2022).
DSS adalah komplikasi infeksi DBD yang memiliki tingkat kematian tinggi. DSS juga dikenal dengan istilah dengue hemorrhagic fever (DHF), di mana munculnya komplikasi tersebut bisa tiba-tiba dan sangat progresif.
Baca Juga: Awas! Kulonprogo Masih Dihantui Demam Berdarah Dengue
"Kemudian mengubur tempat yang berkemungkinan menampung air, dan memantau semua wadah yang dapat digunakan oleh nyamuk berkembang biak. Ini sangat penting sekali,” jelas Hari.
Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan temuan 12 kasus dalam tempo kurang dari dua bulan tergolong tinggi dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga: Ini Loh Cara Pencegahan, Gejala, hingga Pengobatan Demam Berdarah
“DBD itu bahaya, utamanya pada anak. Masyarakat mencegah dengan 4M,” ucap Ning, panggilan akrabnya. Jika suhu badan anak panas, atau orang tua merasa panas tiga hari berturut-turut dan diobati dengan obat penurun panas tidak turun, segeralah ke fasyankes (fasilitas layanan kesehatan).
Hal itu agar tidak sampai terjadi DSS. "Saat ke fasyankes, mereka bisa mendapatkan penanganan yang tepat, apakah harus cek darah dan sebagainya,' ujarn Ning.