by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Kamis, 17 Desember 2020 - 20:28 WIB
Esposin, SRAGEN — Jumlah penduduk miskin di Sragen pada 2020 naik 5.600 jiwa dari 113.800 jiwa pada 2019 menjadi 119.400 jiwa pada 2020. Persentase kemiskinan di Sragen pun otomatis naik dari 12,79% menjadi indikator positif bagi Sragen untuk bisa mengentaskan kemiskinan pada tahun berikutnya.
Uji Coba Flyover Purwosari Solo: Bus Panjang 14 Meter Aman Bermanuver Lewat Bawah Jembatan
Naiknya persentase kemiskinan di Sragen itu mengakibatkan posisi kemiskinan Sragen berada di posisi tertinggi di Soloraya dan masih berada di zona merah kemiskinan Jawa Tengah. Pada 2019 lalu, posisi kemiskinan Sragen masih lebih rendah daripada Klaten tetapi pada 2020 Sragen justru sebaliknya, lebih tinggi daripada Klaten. Data tersebut dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah pada Selasa (15/12/2020).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sragen Toga Hamonangan juga menyampaikan hal senada. Dia menyampaikan penyebab utama naiknya angka kemiskinan pada 2020 ini karena Covid-19. Kondisi tersebut, ujar Toga, tak hanya terjadi di Indonesia tetapi di dunia juga merasakan dampaknya.
Eksekusi Lahan Pancingan Syakila 77 di Janti Klaten Diwarnai Adu Mulut
Toga menyebut masyarakat rentan kemiskinan yang terdampak Covid-19 itu paling banyak dari sektor buruh industri. “Kenaik naik, pertambahan penduduk miskin di Sragen relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan anka penambahan kemiskinan di Jawa Tengah,” katanya.
Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencana Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Sragen, Tri Mulyono, menyampaikan persentase kemiskinan Sragen memang di angka 13,38%. Dia menjelaskan posisi Sragen sekarang di urutan ke-28 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Naiknya persentase kemiskinan sampai 0,59% itu, ujar Trimul, masih masuk dalam 15 kabupaten/kota dengan kenaikan kemiskinan terkecil dan berada di bawah Provinsi Jawa Tengah yang naik sampai 0,61%.
Solopos Hari Ini: Vaksin Gratis, 3M Jadi Kunci
Trimul menjelaskan turunnya angka P1 dan P2 itu menunjukkan keparahan kemiskinan Sragen membaik. Dia mengatakan garis kemiskinan di Sragen tidak terlalu dalam sehingga untuk daya ungkitnya lebih mudah. Dia juga melihat peta sebaran penduduk miskin sudah mulai mengelompok, tidak tersebar merata.
“Dengan kondisi ini maka basis kewilayahan untuk program penanggulangan kemiskinan lebih terfokus. Kami merencana lima strategi, yakni verifikasi faktual data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) agar program tepat sasaran. Kemudian pendataan jumlah rumah tidak layak huni (RTLH) dan jambat tidak sehat untuk program rumah dan jamban sehat. Selanjutnya peningkatan ekonomi lewat program pemberdayaan masyarakat padat karya menggunakan dana desa. Lalu pelatihan kerja di Technopark dengan basis kategori warga miskin menjadi prioritas. Terakhir, penambahan anggaran untuk warga miskin yang masuk program BPJS dengan pendanaan APBD,” jelasnya.
Sumber: BPS Jawa Tengah