by Chrisna Chanis Cara Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Senin, 21 Desember 2015 - 23:40 WIB
Esposin, SOLO--Rumah singgah milik Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan Anaka dan Keluarga Berencana (Bapermas PP PA & KB) Solo yang ditawarkan untuk penampungan sementara anak dengan HIV/AIDS (ADHA) ternyata telah digunakan untuk kegiatan pendidikan anak usia dini (PAUD). Padahal rumah yang terletak di Karangturi RT 001/RW 007 Pajang, Laweyan, ini awalnya diperuntukkan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Pantauan Esposin, Sabtu (19/12/2015), rumah singgah memiliki sekitar 15 kamar yang terbagi menjadi dua blok ruangan. Salah satu blok yang berisi 10 kamar memiliki aula berkumpul seluas 15 meter x 15 meter. Adapun luasan kamar bervariasi, mulai 3 meter kali 3 meter hingga 8 meter kali 8 meter. Kondisi bangunan yang didirikan 2008 ini masih baik.
“Sekarang cuma satu korban KDRT yang tinggal di sini. Karena tak dipakai, akhirnya beberapa bulan lalu dimanfaatkan untuk kegiatan PAUD setiap hari Senin, Rabu dan Jumat,” ujar Marjono, 63, warga sekitar, saat ditemui Esposin di rumah singgah.
Rumah bercat biru muda ini berdekatan dengan Taman Cerdas Pajang. Kedua bangunan hanya dipisahkan pintu teralis warna hitam. Mengacu kebutuhan ADHA, keberadaan taman cerdas dapat menunjang kegiatan bermain dan sosialisasi dengan anak sebaya. Tak jauh dari rumah singgah juga terdapat Puskesmas Pembantu Pajang. Meski lokasinya cukup representatif, beredar isu warga tidak setuju jika ADHA ditampung di tempat tersebut.
“Kalau saya pribadi sih mangga, mboten napa-napa (tidak apa-apa). Sami mawon (semuanya sama),” ucap Marjono.
Anggota Komisi IV DPRD, Reny Widyawati, menilai rumah singgah milik Bapermas menjadi opsi logis dibanding bangunan lain seperti eks Puskesmas Setabelan. “Bangunannya mendukung dan bisa segera ditempati.” Di sisi lain, Ketua Komisi IV, Hartanti, menilai penempatan ADHA di rumah singgah Bapermas rawan problem baru. “Harus dipikirkan potensi penolakan warga di sana. Kami pikir eks Puskesmas Setabelan lebih logis digunakan sampai ADHA mendapat lokasi yang lebih layak.”
Rumah Singgah Lentera mengaku menyerahkan sepenuhnya penentuan tempat penampungan anak asuhnya pada Pemkot. Pemilik Lentera, Yunus Prasetya, mengatakan saat ini sembilan ADHA masih ditampung di rumah seorang ulama. Disinggung opsi penggunaan rumah singgah di Pajang, Yunus enggan berkomentar banyak. “Kami sudah pernah lihat tempatnya. Ya tergantung Pemkot saja keputusannya bagaimana,” kata dia. Yunus menambahkan tempat yang dihuni ADHA saat ini tak cukup representatif untuk bermain anak.