by Galih Aprilia Wibowo - Espos.id Solopos - Kamis, 27 Oktober 2022 - 09:43 WIB
Esposin, SRAGEN — Perpustakaan Bukuku Guruku di Desa Puro, Kecamatan Karangmalang, Sragen ini terbilang istimewa. Perpustakaan desa ini sudah berbasis inklusi sosial sejak 2014. Melalui program Dekat Manfaat, saat ini Perpusdes tersebut telah memiliki 15 kader literasi.
Kepala Perpusdes Puro, Sri Hartati, mengatakan pengembangan Perpusdes dengan basis inklusi sosial membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan tentu tidak instan. Prosesnya dilakukan secara bertahap, dimulai dari 2008 dengan membuat pojok baca di Kantor Desa Puro.
Tujuannya ketika ada warga yang antre untuk mendapatkan layanan desa, mereka bisa menunggu sambil membaca buku. "Buku-buku tersebut pada awalnya hanya buku koleksi pribadi saya,” terang Tatik, sapaan akrabnya, saat ditemui Esposin di Gedung Korpri Kabupaten Sragen, Rabu (26/10/2022).
Tahun selanjutnya mulai menyasar ibu-ibu PKK. Hingga pada 2019, oleh pihak desa setempat diberikan ruangan dengan ukuran 4 meter x 4 meter yang kemudian dibuat sebagai pojok baca.
Tahun selanjutnya mulai menyasar ibu-ibu PKK. Hingga pada 2019, oleh pihak desa setempat diberikan ruangan dengan ukuran 4 meter x 4 meter yang kemudian dibuat sebagai pojok baca.
Baca Juga: Disarpus Sragen Dorong Tranformasi Perpustakaan Desa Berbasis Inklusi Sosial
“Akhirnya 2012 kami akhirnya punya gedung perpustakaan. Awalnya berukuran 12 meter x 3 meter. Saat ini telah berkembang dengan ukuran 9 meter x 7 meter, dengan dua gazebo dan satu ruang outdoor dengan ukuran 5 meter x 9 meter,” tambah Tatik.
Ada juga program Buku Menjadi Karya (Bujaya), yaitu pelatihan gratis untuk anak-anak, remaja, hingga ibu rumah tangga. Dari buku yang dibaca bisa diambil manfaatnya dan dijadikan karya. Misalnya pelatihan kerajinan membuat kerajinan tangan, menggambar dan berpuisi untuk anak-anak.
Baca Juga: Disarpus Sragen Dorong Perpustakaan Desa Kembali Aktif
“Selanjutnya program Buka Internet Untuk Masyarakat (Buimas), yaitu dengan menyediakan Internet gratis dengan tiga komputer,” tambah Tatik.
Tatik menambahkan juga ada program Bubimbel (Buku Pembimbing Belajar), yaitu kegiatan bimbingan belajar yang ditujukan oleh anak-anak dengan tutor warga setempat.
“Untuk lebih mendekatkan buku kepada masyarakat, kami juga mempunyai 15 kader literasi dalam program Buku Keliling Desa (Bulisa). Jadi di setiap satu pos posyandu ada satu pos baca dengan satu kader literasi, saat ini terdapat 15 pos posyandu. Jadi tugas kader literasi adalah mengenalkan buku kepada anak dan orang tua,” terang Tatik.
Ia mencontohkan, ketika bayi ataupun balita ditimbang dan diukur tinggi badannya diselingi dongeng oleh kader literasi. Begitu juga sewaktu pemberian makanan tambahan, sewaktu makan pemberian makanan tambahan (PMT).
Baca Juga: Eksistensi Perpustakaan di Sragen, Bisa Diakses Daring dan Luring
“Harapannya orang tua bisa meneruskan dongeng tersebut, buku bisa dipinjam dan dibawa pulang,” sambungnya.
Saat ini Perpusdes Puro dikelola leh dua orang yang pada awal merintis sama sekali tidak mendapat honor. “Jadi peran kami adalah bagaimana melobi pemerintah untuk mendapatkan pembiayaan ataupun dari coorparate social responsibillity (CSR). Memang harus aktif, kalau hanya mengandalkan dan menunggu orang datang ke perpustakaan tidak akan berkembang,” papar Tatik.
Ia mengatakan Perpustakaan Bukuku Guruku Desa Puro tersebut pernah meraih Penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustakaloka dari Perpustakaan Nasional RI pada 2018, kemudian pada 2021 meraih juara II tingkat nasional pada 2021 pada perpustakaan desa klaster A.
Baca Juga: Disarpus Karanganyar Adakan Nobar Gratis bagi Siswa SMP dan SMA
Kepala Bidang Perpustakaan Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Sragen, Edy Suryanta, berharap perpustakaan tidak hanya tempat membaca dan meminjam buku. Tetapi harus bertransformasi menjadi inklusi sosial yaitu perpustakaan sebagai tempat yang terbuka dan ramah untuk masyarakat.