by Taufiq Sidik Prakoso - Espos.id Solopos - Senin, 4 Oktober 2021 - 20:13 WIB
Esposin, KLATEN – Sebanyak 23 kelompok tani di Kabupaten Klaten bakal menerima bantuan sepeda motor roda tiga. Bantuan itu bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).
Selain bantuan sepeda motor roda tiga, ada bantuan rumah pengeringan sebanyak enam unit. Nilai DBHCHT yang digulirkan untuk bidang pertanian sekitar Rp910 juta.
Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Retno Yuniwati, mengatakan diperkirakan bantuan itu bisa disalurkan pada pertengahan Oktober ini. Penerima merupakan kelompok tani yang tersebar ke sejumlah kecamatan terutama di daerah petani tembakau. Seperti Kecamatan Ceper, Trucuk, Tulung, Ngawen, serta Manisrenggo.
Baca Juga: Waspadai Pinjol! Ditagih secara Kasar hingga Data Nasabah Disebar
Baca Juga: Waspadai Pinjol! Ditagih secara Kasar hingga Data Nasabah Disebar
“Untuk penerimanya ada 23 kelompok tani untuk sepeda motor roda tiga dan enam kelompok tani untuk rumah pengeringan. Jadi sesuai bantuannya dengan masing-masing kelompok masing-masing satu unit,” kata Retno saat ditemui di DPKPP Klaten, Senin (4/10/2021).
Selain bantuan peralatan tersebut, Retno mengatakan ada pelatihan pengelolaan tanaman tembakau. Pelatihan bakal digelar pada 11-13 Oktober 2021 di tiga kecamatan yakni Trucuk, Gantiwarno, dan Tulung.
Baca Juga: Jumlah Kendaraan di Boyolali Bertambah 100.000 Unit selama 5 Tahun
DPKPP menilai penurunan luas tanam itu lebih disebabkan faktor anomali cuaca. Hujan yang masih mengguyur sepanjang kemarau selama beberapa tahun terakhir membuat petani beralih menanam komoditas lainnya ketika kemarau tiba.
Hujan yang mengguyur tanaman tembakau bisa berdampak pada menurunnya kualitas hingga tanaman tembakau mati. “Di awal-awal kena hujan kemudian diganti [dengan tanaman baru] kena hujan kalau. Kalau sudah faktor cuaca itu yang susah,” kata Retno.
Salah satu petani tembakau, Ngadiman, 52, mengatakan anomali cuaca masih menjadi kendala utama para petani tanam tembakau pada kemarau tahun ini. Dia mencontohkan hujan yang masih mengguyur saat awal kemarau membuat para petani waswas jika tetap tanam tembakau. Alhasil, banyak petani yang beralih menanam komoditas lain seperti jagung pada kemarau tahun ini.
Baca Juga: Jalan Sunyi Angkutan Umum Boyolali
“Kemarin itu rencananya ada 30 ha yang mau tanam tembakau. Tetapi karena cuaca yang tidak mengizinkan akhirnya luas tanam berkurang jauh dibandingkan 2020 atau sekitar 15-20 ha,” urai dia.
Soal harga jual tembakau, Ngadiman mengatakan saat ini belum bisa dipastikan lantaran belum memasuki masa panen. Dia berharap ada pemihakan dari pemerintah untuk membantu meningkatkan harga jual tembakau dari petani.
Baca Juga: Gantung Diri, IRT di Giriwoyo Wonogiri Tinggalkan Surat, Ini Isinya
“Harga rokok sudah melambung tinggi kenapa harga tembakau dibandingkan dengan jagung masih kalah. Dari sisi harga, selama ini tembakau tidak pernah dipihaki dari pemerintah. Kalau bantuan iya seperti pupuk dan lainnya itu dipihaki. Oleh karena itu kami berharap ada pemihakan kepada petani tembakau terkait harga,” jelas dia.
Soal hasil produksi tembakau, Ngadiman menuturkan luas lahan per patok atau sekitar 2.200 meter persegi bisa panen sekitar 4 ton daun tembakau. Jika dijual kepada penebas, harga jual hasil tembakau per patok sekitar Rp7 juta. Kondisi itu berkaca pada musim tanam tembakau 2020.