by Indah Septiyaning W Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Rabu, 2 Januari 2013 - 02:01 WIB
SOLO—Pengisian kursi wakil walikota (Wawali) diprediksikan memberi warna bagi konstelasi peta politik maupun roda pemerintahan di Kota Solo.
Demikian disampaikan pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) M Jamin kepada Esposin, Selasa (1/1). Dia menilai tidak semestinya PDIP terlalu lama untuk menetapkan calon Wawali.
Meskipun, menurut dia, dalam menetapkan calon wawali PDIP bersikap hati-hati yang bakal mendampingi walikota. “Memang dalam UU Pemerintahan daerah (Pemda) tidak ada ketentuan sampai berapa lama batas waktu pengisian wawali. Namun alangkah baiknya segera terisi,” katanya.
Dia menilai ada beberapa pertimbangan mengapa jabatan wawali harus segera diisi. Salah satunya walikota tidak bisa bekerja sendiri tanpa ada pendamping. Butuh seseorang untuk menjalankan roda pemerintahan.
Selain itu, dia menilai roda pemerintahan akan berjalan tidak maksimal. Hal ini dikarenakan duet walikota dan wawali tidak lengkap dalam menjalankan roda pemerintahannya. Meskipun, menurut dia, langkah PDIP mengosongkan kursi jabatan wawali sementara waktu karena sikap hati-hati dalam menentukan pendamping walikota.
“Pengisian kursi Wawali inilah akan memberi warna tersendiri dalam konstelasi politik dan roda pemerintahan Solo ke depan,” katanya.
Dia menilai Solo harus mampu membuktikan tanpa Jokowi bisa tetap dikenal masyarakat luas. Menurutnya, sejak ditinggal Jokowi, pamor Solo mulai meredup. Gaya kepemimpinan Walikota FX Hadi Rudyatmo masih kurang greget.
Dicontohkannya seperti persoalan penataan koridor Jalan Jenderal Sudirman yang kini banyak menuai protes dari masyarakat. Selain itu operasional Gladak Langen Bogan (Galabo). “Sekarang banyak masyarakat bertanya-tanya Solo setelah ditinggal Jokowi seperti ini. Ini yang harus dibuktikan, bahwa ditinggal Jokowi, Solo tetap berjalan baik,” katanya.