by Muhammad Diky Praditia - Espos.id Solopos - Minggu, 2 April 2023 - 19:51 WIB
Esposin, WONOGIRI -- Bus-bus milik perusahaan otobus atau PO AKAP asli Wonogiri pernah merajai jalur Wonogiri-Jakarta, bahkan sampai ke Sumatra pada dekade 1990-an hingga 2000-an. Jumlah PO pada dekade itu mencapai puluhan.
Namun, hanya segelintir PO yang mampu bertahan. Masuknya PO dari luar Wonogiri dan ketidakmampuan mengikuti perubahan zaman dinilai menjadi penyebab PO asli Wonogiri kian tenggelam.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Wonogiri, Edi Purwanto, mengatakan Wonogiri sempat menjadi episentrum bisnis transportasi baik untuk layanan antarkota antarprovinsi (AKAP) maupun antarkota dalam provinsi (AKDP).
Organda Wonogiri mencatat ada 32 PO bus yang lahir di Wonogiri dengan perincian 17 PO melayani lini AKAP dan 15 PO melayani lini AKDP. Beberapa PO tersebut sudah tidak lagi beroperasi.
Organda Wonogiri mencatat ada 32 PO bus yang lahir di Wonogiri dengan perincian 17 PO melayani lini AKAP dan 15 PO melayani lini AKDP. Beberapa PO tersebut sudah tidak lagi beroperasi.
Beberapa yang lain seperti hidup segan mati tak mau. Padahal mereka pernah menjadi jawara untuk trayek Jakarta-Wonogiri. "PO AKAP yang masih aktif dan bertahan, masih sering beroperasi dan relatif bisa mengikuti perkembangan, sedikitnya tinggal tiga PO, yaitu Sedya Mulya, Tunggal Dara Putera, dan Gunung Mulia," kata Edi saat dihubungi Esposin, Minggu (2/3/2023).
Edi yang memiliki PO Sumba Putra itu menjelaskan banyak PO yang tidak bisa bertahan karena sulit mengikuti perubahan dan perkembangan teknologi. Pada waktu yang sama, PO dari luar Wonogiri masuk dalam jumlah banyak dan menawarkan bus keluaran dan teknologi terbaru.
Akhirnya orang-orang yang semula menjadi konsumen PO bus asal Wonogiri beralih ke PO dari luar Wonogiri. Hal itu terjadi pada awal 2010-an. Pada sisi lain, menurut Edi, pemilik PO bus sulit mendapatkan kucuran dana dari perbankan.
Dia menyebut perbankan enggan memberikan pinjaman kepada pengusaha PO jika yang bersangkutan tidak memiliki usaha lain yang menjanjikan.
Menurut dia, seharusnya pemerintah membatasi operasional PO bus dari luar Wonogiri hanya sampai terminal Tipe A Giri Adipura. Tidak sampai masuk ke wilayah-wilayah di Wonogiri.
"Sekarang PO bus AKAP yang masuk ke Wonogiri ini sudah ratusan dan tanpa pembatasan. Ini yang kami sayangkan," kata dia. Beralihnya penumpang Wonogiri dari PO bus lokal ke PO bus luar Wonogiri ini pernah diteliti Khunaifa Puspitaningtyas dan Agus Hermani Daryanto Seno dalam Jurnal Administrasi Bisnis Vol X. No.1/2022.
Jurnal itu diterbitkan Universitas Diponegoro berjudul Pengaruh Citra Merek dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus PO Tunggal Dara Putra Rute Wonogiri-Jakarta).
Sebagai informasi PO Tunggal Dara Putra adalah PO lokal Wonogiri. Dalam jurnal itu, Khunaifa dan Agus menjelaskan pada 2004-2014 PO Tunggal Dara Putra menjadi barometer dalam strategi pemasaran PO trayek Wonogiri-Jakarta.
Kemudian mulai 2015, konsumen PO ini mulai turun akibat tidak bisa mengikuti persaingan dengan PO lain, terutama yang berasal dari luar Wonogiri. Hal itu disebabkan kualitas pelayanan PO bus lain lebih baik dan baru sedangkan PO Tunggal Dara Putra tidak melakukan pembaruan fasilitas bus sehingga kualitas pelayanannya kalah bersaing.
"Hal ini juga membuat citra yang dimiliki PO Tunggal Dara Putera dianggap sebagai bus yang ketinggalan zaman sehingga membuat konsumen beralih menggunakan PO bus lain," jelas Khunaifa dan Agus.
Dia menyebut PO bus dari luar Wonogiri memiliki armada bus dengan mesin keluaran tahun 2018 dan body bus terbaru. Sedangkan bus PO Tunggal Dara Putera keluaran mesin tahun 2004 yang membuat bus pesaing lebih nyaman dan mengikuti perkembangan zaman.