Langganan

150 Siswa-Guru di Sragen Belajar Menjadi Arkeolog di Sangiran Smart Culture - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Tri Rahayu  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 25 Juli 2023 - 19:45 WIB

ESPOS.ID - Para siswa SMP belajar menjadi arkolog dengan pakarnya dalam kegiatan Sangiran Smart Culture di Dukuh Bojong dan Grogol, Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Sragen, Selasa (25/7/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Esposin, SRAGEN — Sebanyak 150 siswa dan guru dari 17 sekolah di kawasan Situs Manusia Purba Sangiran berlajar tentang arkeologi bersama para pakar. Kegiatan yang dihelat di Dukuh Bojong dan Grogol, Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Sragen, pada Selasa (25/7/2023) itu dikemas dalam Sangiran Smart Culture.

Para siswa dan guru itu diharapkan menjadi penjaga dan pelestari wilayah Situs Manusia Purba Sangiran. Mereka belajar banyak hal tentang seluk beluk arkeologi dan mempraktikannya, seperti memahami tafonomi, anatomi, casting pembuatan replika fosil, knapping, survei, ekskavasi, hingga belajar teknik berburu pada zaman purba.

Advertisement

Kegiatan itu diinisiasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen untuk mendukung kurikulum merdeka dan menjadi bagian dari Sragen Smart City.

Kabid Kebudayaan Disdikbud Sragen, Johny Adhi Aryawan, saat dihubungi Esposin, Selasa (25/7/2023), mengungkapkan Sangiran Smart Culture ini merupakan terobosan baru dari Disdikbud untuk inovasi pembelajaran tentang kesejarahan dan cagar budaya. Kegiatan ini mendukung Kurikulum Merdeka dan sekaligus bagian dari smart city. Ke depan kegiatan ini juga berlanjut ke sekolah-sekolah lainnya.

Advertisement

Kabid Kebudayaan Disdikbud Sragen, Johny Adhi Aryawan, saat dihubungi Esposin, Selasa (25/7/2023), mengungkapkan Sangiran Smart Culture ini merupakan terobosan baru dari Disdikbud untuk inovasi pembelajaran tentang kesejarahan dan cagar budaya. Kegiatan ini mendukung Kurikulum Merdeka dan sekaligus bagian dari smart city. Ke depan kegiatan ini juga berlanjut ke sekolah-sekolah lainnya.

“Untuk awal ini diikuti siswa dan guru dari 17 sekolah yang ada di Kawasan Situs Manusia Purba, yakni di empat kecamatan yang meliputi Kecamatan Kalijambe, Plupuh, Gemolong, dan Miri,” ujarnya.

Johny menjelaskan Sangiran Smart Culture ini juga memberi pemahaman tentang nilai-nilai kehidupan masa lampau dengan metode interaktif. Dia berharap generasi muda, khususnya pelajar, bisa memahami potensi lokal di sekitarnya sehingga tidak kehilangan jati diri di tengah pengaruh global. Kegiatan tersebut mengambil tema Andai Aku Seorang Arkeolog.

Advertisement

“Anggota jejaring itu nanti bisa mendekatkan museum kepada anak-anak sekolah, sekaligus mereka menjadi penjaga dan pelestari wilayah Situs Sangiran. Ketika mereka bermain menemukan fosil maka mereka bisa memahami bagaimana mendokumentasikan, mendata, menyelamatkan, dan harus lapor kepada siapa. Siswa bisa lapor ke guru. Guru bisa menyampaikan ke dinas atau ke museum terdekat. Mereka juga berani berkomunikasi dengan pihak Museum Cagar Budaya secara interaktif,” katanya.

Memahami Manusia Purba

Dia menerangkan siswa dan guru mendapat pemahaman tentang Sangiran yang dilindungi hukum sehingga apa pun yang ditemukan berupa cagar budaya segera disampaikan kepada pihak berwenang. Cagar budaya merupakan aset milik negara dan ditangani institusi berwenang.

Ada enam materi pelajaran yang disampaikan. Pertama, belajar memahami tafonomi atau bagaimana seekor binatang bisa terendapkan dan menjadi fosil, prosesnya seperti apa, dan kenapa mati atau punah. Mereka juga belajar anatomi binatang dengan memahami struktur tulang binatang purba sebagai referensi ketika menemukan fosil tulang.

Kedua, mereka berlajar casting, membuat replikas fosil atau artefak. Ketiga, belajar knapping yakni teknik pembuatan alat bantu dan teknologi, teknik, dan bahan yang digunakan manusia purba,. Keempat, mereka belajar survei permukaan, yakni mengenal alat-alat yang digunakan saat survey, teknik dokumentasi, dan seterusnya.

Advertisement

Materi kelima tentang ekskavasi fosil, yakni teknik menggali secara sistematis dan pengelolaan temuan. Terakhir, peserta diberikan materi soal  teknik berburu zaman dulu. Mereka diberi tombak dan mempraktikan sendiri teknik berburu gajah.

Advertisement
Kaled Hasby Ashshidiqy - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif