by Ponco Suseno Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Sabtu, 27 Februari 2016 - 20:30 WIB
Esposin, KLATEN -- Suasana duka menyelimuti kediaman Muh. Abdan Syakuro, 15, di Tegalarum, Kunden, Karanganom, Klaten Sabtu (27/2/2016) pukul 11.00 WIB. Muh Abdan Syakuro menjadi salah satu santri Pondok Pesantren (Ponpes) An-Nur Ngrukem, Sewon, Bantul yang terseret ombak di Parangkusumo, Prangtritis, Jogja, Jumat (26/2/2016).
Ombak ganas di pantai selatan itu juga menyeret dua santri lainnya yang menjadi teman Muh. Abdan Syakuro, yakni Muh. Fatih, 15, dan Fan Syafudin Arrosyid, 15. Keluarga besar Ponpes An-Nur Bantul juga turut mengantarkan jenazah ke liang lahat di permakaman Tegalarum. Muh. Abdan Syakuro merupakan anak pertama dari pasangan Ibnu Solikhin dan Ny. Robiyah. Adik Muh. Abdan bernama Kharisatun N dan Wildan Nawawi.
Di mata keluarga besarnya, Abdan dikenal sebagai anak yang cerdas. Semasa duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Tegalarum, Abdan sering meraih juara I. Waktu itu, Abdan memperoleh kesempatan mengikuti lomba pidato di tingkat provinsi.
“Keponakan saya ini jago hafalan. Sejak kecil senang menghafal. Cita-citanya ingin ke Mesir [menimba ilmu agama]. Dia juga ingin sekali menghafal Alquran [menjadi hafiz],” kata kaka keponakan Abdan, yakni Fauzi Afandi, saat ditemui Esposin, di Tegalarum, Kunden, Karanganom, Sabtu.
Fauzi mengatakan kabar terseretnya Abdan oleh ombak di Parangkusumo diterima keluarga, Jumat lalu. Sebelum terseret ombak, Abdan bersama rekan-rekannya mengikuti ziarah ke makam kiai di beberapa lokasi, seperti Magelang, Krapyak [Bantul], Parangtritis, dan beberapa lokasi lainnya.
“Ziarah di daerah Prangtritis itu lokasi yang didatangi terakhir. Awalnya, Abdan dan teman-temannya jalan-jalan di sekitar pantai saat Subuh [12 orang]. Sesua keterangan teman-temannya, Abdan sempat ditolong teman-temannya. Lantaran ombaknya terlalu besar, akhirnya tetap terseret,” katanya.
Salah satu warga di Tegalarum, Abdul Khalid, 65, mengakui Abdan merupakan anak yang cerdas. Kabar terseretnya Abdan oleh ombak di laut selatan itu juga membuat para warga turut prihatin.
“Kami juga merasakan sedih. Sebenarnya, Dik Abdan itu akan lulus sebentar lagi [setingkat SMP]. Dik Abdan itu orangnya cerdas dan pendiam,” katanya.