Esposin, SOLO – Wali Kota Solo, Teguh Prakosa, mendapat sejumlah keluhan dari warga Banjarsari pada acara Sambang Warga di Gedung PGRI SMPN 10 Solo, Kecamatan Banjarsari, Solo, Senin (9/9/2024) malam. Salah satunya, warga meminta dibuatkan speed bump atau polisi tidur di wilayah Keprabon.
Perwakilan warga Keprabon RW 001, Edi Ismanto, saat sesi penyampaian aspirasi mengungkapkan jalan di wilayahnya butuh speed bump. Sebab, kata dia, saat Pura Mangkunegaran ada event atau Gedung Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) ada kegiatan pengajian kampungnya terkena dampak.
Promosi BRI Klasterku Hidupku Dorong Pemberdayaan Perempuan lewat Usaha Tani di Bali
Edi menjelaskan dampak yang dimaksud adalah banyaknya kendaraan yang melewati jalanan kampungnya untuk menghindari kemacetan di Jl Diponegoro. Akan tetapi, saat melintas jalanan kampung tersebut para pengendara khususnya roda dua melintas dengan kecepatan tinggi dan berisiko mencelakakan warga setempat.
“Mau usul Pak Teguh, di wilayah saya [RW 001 Keprabon] itu selalu terkena dampak saat Mangkunegaran atau MTA ada kegiatan. Di mana banyak pengguna jalan yang melintas di jalanan kampung untuk menghindari kemacetan. Namun mereka melintas itu dengan kecepatan tinggi sehingga membahayakan warga sekitar. Oleh karena itu saya minta dibuatkan speed bump atau polisi tidur apa bisa, Pak?” tanya Edi.
Mendengar masukan warga tersebut, Teguh Prakosa merespons dengan cepat dan mengatakan segera merealisasikan masukan warga tersebut. “Kasih wis, daripada memakai semen malah berbahaya apalagi kalau cuil-cuil malah nyandung sek liwat [yang melintas],” kata dia sambil tersenyum.
“Butuhe pira, Pak, polisi tidure [Butuh berapa polisi tidurnya]?” tanya dia kepada warga tersebut. Edi menjawab kampungnya membutuhkan banyak polisi tidur agar pengendara yang melintas lebih berhati-hati.
“Akeh [banyak], Pak, ben do ati-ati nik liwat [agar lebih hati-hati yang melintas],” jawab dia disambut tawa warga lainnya.
Mendengar jawaban warga tersebut Teguh, sempat tersenyum sejenak. Kemudian dia memberikan pemahaman bahwa pembuatan polisi tidur itu ada aturannya, tidak boleh sembarangan asal banyak saja.
“Ya, tidak bisa dong, Pak. Membuat polisi tidur ada aturannya baik dari segi jarak dan tingginya, jadi jangan asal dibikin banyak saja. Kalau terlalu banyak juga kasian dengan warga dan pengendara yang melintas di jalan jadi tidak nyaman,” ujar dia.
Teguh kemudian memerintahkan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Taufiq Muhammad, yang juga hadir di acara tersebut untuk segera menyurvei lokasi dan segera memasang polisi tidur usulan warga. Setelah polisi tidur dibuat, Teguh minta kesadaran warga setempat untuk berkendara secara hati-hati harus terus dipupuk.
“Kuncinya kan kesadaran warga, jadi kalau nanti sudah dibangun ya warga harus memberi contoh berkendara yang baik. Jangan malah sak geleme dewe [seenaknya sendiri] sebab nanti dicontoh pengendara lainnya,” kata dia.
Acara Sambang Warga malam itu dihadiri warga dari Kelurahan Ketelan, Setabelan, Timuran, Keprabon, dan Kestalan. Mereka merupakan pengurus RT/RW, pengurus lembaga di kelurahan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Selain persoalan speed bump, malam itu warga juga menyampaikan keluhan lainnya seperti pembuatan saluran air, data kependudukan, sampah, dan pemberdayakan UMKM.