by Cahyadi Kurniawan Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Kamis, 24 November 2016 - 06:10 WIB
Esposin, SOLO -- Usia harapan hidup penduduk Kota Solo cukup tua yakni mencapai 78 tahun. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya angka usia harapan hidup tersebut.
Salah satunya adalah gizi yang lebih baik. Penerapan pola pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, Aman (B2SA) dalam konsumsi sehari-hari masyarakat semakin baik. "Dengan B2SA yang meningkat, pola pangan harapan [PPH] juga semakin baik,” kata Haslina, akademisi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang, saat ditemui wartawan di sela-sela Workshop Pola Pangan Harapan Kota Solo 2016 di Hotel Indah Palace, Solo, Rabu (23/11/2016).
Nana, panggilan akrabnya, mengatakan pelaksanaan B2SA di perdesaan cenderung lebih baik ketimbang di perkotaan. Anak-anak di kota lebih menyukai makanan cepat saji.
“Anak-anak di kota lebih menyukai makanan cepat saji sehingga tidak memerhatikan B2SA. Anak-anak jadi rentan terkena sepuluh penyakit degeneratif, seperti stroke, jantung, hipertensi yang berawal dari obesitas,” kata Nana.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi Kewaspadaan Pangan Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Solo, Sugeng Prayitno, mengatakan skor PPH Kota Solo meningkat. Pada 2015, skor PPH sebesar 80,8 meningkat pada 2016 menjadi 82,3. “Survei PPH kami lakukan Mei lalu,” kata Sugeng.
Menurut Sugeng, peningkatan skor PPH mengindikasikan perbaikan gizi masyarakat Solo berhasil. Pola konsumsi makin beragam, kualitas pangannya makin aman, polanya pun makin seimbang.
“Semuanya harus tercukupi. Tidak boleh hanya meningkatkan umbi-umbi saja, misalnya. Seluruhnya ada 14 indikator seperti padi-padian, umbi-umbian, protein nabati, protein hewani, sayuran, dan sebagainya,” kata Sugeng.
Guna meningkatkan skor PPH, lanjut Sugeng, KKP Solo melakukan sejumlah intervensi gizi masyarakat melalui penerapan pola pangan B2SA, optimalisasi pekarangan hingga pembentukan kawasan rumah pangan lestari (KRPL). “Diharapkan tiap tahun terjadi peningkatan skor,” ujar dia.
Kendati demikian, masyarakat diminta tidak hanya mengejar skor melainkan bagaimana harapan implementasi pola pangan ke depan mulai dari halaman hingga meja dapur terwujud.