by Muhammad Diky Praditia - Espos.id Solopos - Selasa, 6 Agustus 2024 - 21:12 WIB
Esposin, WONOGIRI — Kanit Gakkum Satlantas Polres Wonogiri, Ipda Taufik Hidayat, mengungkapkan polisi sudah melakukan penyelidikan terkait kasus kecelakaan yang mengakibatkan siswi SMAN 1 Wonogiri, Aline Salzabila Putri, 17, meninggal dunia saat berangkat sekolah, Senin (5/8/2024).
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), keterangan sopir dan sejumlah saksi lainnya dalam kecelakaan maut tersebut, Aline terlempar keluar saat bus mini yang ditumpanginya melaju di tikungan jalan Sidoharjo-Wonogiri, Kecamatan Sidoharjo, Wonogiri.
Namun, saat kejadian Aline tidak dalam posisi menggandul di pintu bus seperti informasi yang tersebar sebelumnya. ”Dia sebenarnya tidak menggandul di pintu. Lagi pula, secara logika, perempuan itu tidak mungkin nggandul di pintu bus,” kata Taufik saat dihubungi Esposin, Selasa (6/8/2024) sore.
"Berdasarkan keterangan, memang saat itu kursi bus dalam kondisi penuh penumpang, korban belum sempat duduk. Ketika bus melaju di tikungan, dia terlempar jatuh," lanjut Taufik.
"Berdasarkan keterangan, memang saat itu kursi bus dalam kondisi penuh penumpang, korban belum sempat duduk. Ketika bus melaju di tikungan, dia terlempar jatuh," lanjut Taufik.
Taufik menambahkan saat kejadian siswi Kelas XII SMAN 1 Wonogiri tersebut baru saja naik bus dan belum sempat duduk di kursi. Ketika bus melaju, Aline masih berdiri. Kemudian Aline terlempar jatuh saat bus melaju di tikungan tak lama setelah bus mini itu melaju dari lokasi Aline naik.
Aline sempat dilarikan ke rumah sakit setelah terjatuh, tetapi korban dinyatakan meninggal dunia. Saat kejadian, siswi SMAN 1 Wonogiri itu menaiki angkudes bus mini berpelat nomor AD 7332 OG.
Dia tidak memungkiri masih ada sejumlah angkutan umum yang menganggap normal penumpang menggantung di pintu. Taufik pun menyampaikan angkutan umum yang membawa penumpang melebihi kapasitas itu sebenarnya melanggar aturan.
Taufik juga tidak menampik tingkat keselamatan angkutan umum di Kabupaten Wonogiri masih tergolong lemah. Semestinya, ada kondektur di setiap angkutan umum yang beroperasi. Kalaupun terpaksa tidak ada kondektur, sopir perlu menutup pintu bus ketika ada penumpang naik untuk meminimalkan kecelakaan.
Salah satu sopir bus mini di Wonogiri, Dwi Sejahtera, mengakui tingkat keselamatan penumpang lebih rendah ketika angkudes tidak didampingi kondektur. Sopir tidak bisa secara penuh mengawasi kondisi penumpang sepanjang perjalanan.
Di sisi lain, kecil kemungkinan angkudes dilengkapi kondektur untuk sekarang ini dengan penghasilan dari angkudes yang sangat minim. “Saya saja, sehari paling cuma dapat Rp50.000/hari. Kalau ada kondektur, penghasilan segitu harus dibagi lagi,” kata Dwi saat ditemui Esposin di selter angkudes Wonogiri, Selasa.
Dwi menjelaskan penghasilan sopir sekarang ini menurun drastis sejak pandemi Covid-19. Sudah jarang orang-orang memanfaatkan angkudes untuk bepergian. Mereka lebih memilih naik kendaraan pribadi.
Sopir angkudes saat ini hanya mengandalkan penumpang anak sekolah. Itu pun harus berebutan dengan angkudes lain. Selain itu, bus ramai penumpang hanya di rute tertentu, misalnya Wonogiri-Baturetno dan Wonogiri-Jatisrono.
”Kalau rute Wonogiri-Tirtomoyo seperti saya ini, sepi penumpang. Tidak selalu sehari itu penumpangnya penuh, apalagi kalau dari Tirtomoyo. Jadi kami sekarang hanya mengandalkan penumpang anak sekolah,” ucapnya.