by Cahyadi Kurniawan - Espos.id Solopos - Kamis, 4 November 2021 - 18:24 WIB
Esposin, BOYOLALI—Kawasan wisata Selo, Boyolali, kini resmi memiliki ikon baru. Keberadaan patung Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) VI menjadikan kawasan publik tersebut dinamakan Simpang PB VI Selo.
Berada di jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB), kawasan itu bisa menjadi jujugan wisata spiritual. PB VI pernah bergerilya bersama Pangeran Diponegoro pada masa melawan penjajah.
Mereka bertemu di Goa Raja Selo untuk mengatur strategi perlawanan. Goa ini berada sekitar satu kilometer dari patung PB VI dan lokasinya berada di lereng bukit belakang patung tersebut.
Baca Juga: Patung Pakubuwono VI Setinggi 3,5 Meter di Selo Boyolali Diresmikan
Baca Juga: Patung Pakubuwono VI Setinggi 3,5 Meter di Selo Boyolali Diresmikan
Simpang PB VI Selo bakal meramaikan kawasan yang selama ini identik dengan para pendaki gunung. Selo merupakan awal pendakian ke Gunung Merapi maupun Gunung Merbabu.
Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, G.K.R. Koes Moertiyah Wandansari atau Mbak Moeng merasakan kawasan itu kini terlihat padat pengunjung. Hal ini dirasakan Mbak Moeng saat bepergian ke Magelang melalui jalur Selo pada Sabtu-Minggu.
Baca Juga: GTT Tak Lolos, 8 Formasi PPPK Guru PAI Boyolali Masih Kosong
Mbak Moeng menambahkan Keraton Surakarta Hadiningrat memberikan apresiasi yang tinggi kepada Pemkab Boyolali atas upaya merawat dan menghidupkan nilai-nilai peninggalan keraton.
“Ini wujud Boyolali sangat menghargai apa yang sudah dilakukan pahlawan nasional salah satunya PB VI. Ingat pesan pendiri bangsa Soekarno, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Semoga menjadi satu monumen dan momen paling baik untuk membangkitkan lagi semangat generasi muda terus menjaga NKRI,” kata Mbak Moeng.
Ia menceritakan PB VI bersama Pangeran Diponegoro bergerilya sampai hutan Krendowahono. Keduanya bertemu lagi ditangkap Belanda di Wedi, Klaten.
Baca Juga: Panen Hadiah Simpedes BRI, Nasabah Klaten Utara Raih Honda Mobilio
Belanda membuang keduanya ke Halmahera. Lalu, mereka dipisahkan yakni PB VI diasingkan ke Ambon dan Pangeran Diponegoro ke Makassar. PB VI meninggal dan dimakamkan di Ambon. Pada 1957, makam PB VI dipindah dari Ambon ke Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta.