by Kurniawan - Espos.id Solopos - Selasa, 21 September 2021 - 20:49 WIB
Esposin, SOLO -- Wafatnya KGPAA Mangkunagoro (MN) IX, belum lama ini, membuka jalan regenerasi penguasa Mangkunegaran Solo. Muncul sejumlah harapan dari berbagai elemen masyarakat Soloraya terhadap sosok calon pemimpin tersebut.
Di antara kandidat penerus yang disebut-sebut publik, muncul dorongan agar siapa pun penguasa Mangkunegaran Solo kelak bisa disengkuyung bersama. Seperti disampaikan pegiat sejarah dan budaya Soloraya, Surojo, Selasa (21/9/2021).
“Siapa pun yang telah ditentukan oleh keluarga besar Pura Mangkunegaran, semua pihak harus nyengkuyung agar fungsi Mangkunegaran sebagai lembaga pelestari budaya Jawa dapat berjalan secara maksimal,” ujarnya melalui pesan Whatsapp (WA) kepada Esposin.
Baca Juga: Mangkunagoro IX Tutup Usia, Ini Foto-Foto Perjalanan Hidupnya
Surojo berharap penguasa Pura Mangkunegaran Solo kelak bisa menjadikannya sebagai pusat pembelajaran seni dan budaya di luhung. Termasuk ketika harus bersinergi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dalam melestarikan seni dan budaya.
“Aspek sinergitas dengan semua pemangku kepentingan, terutama Pemkot Solo sangat diperlukan. Sebab pemerintah sebagai pembina kemajuan budaya memiliki kewajiban itu. Semoga kapabilitas itu dipunyai penguasa Mangkunegaran,” katanya.
Baca Juga: Jenazah KGPAA Mangkunagoro IX akan Dimakamkan di Sebelah Timur Makam Mangkunagoro VIII
Mereka semua sudah meninggal dunia dan makamnya tersebar di Soloraya dan sekitarnya. Namun, menurut Surojo, makam Punggawa Baku Kawandasa paling banyak di Wonogiri. Karena jasa-jasanya, mereka diberi gelar “Joyo” di depan namanya.
Ihwal penerus penguasa Pura Mangkunegaran Solo, menurut Surojo, tidak selalu diberikan atau turun kepada anak. Melihat perjalanan sejarah itu, Surojo menekankan pentingnya kapabilitas sang penerus dalam mengelola Pura Mangkunegaran.
“Sosok yang mampu sebagai penjaga gawang adat dan budaya karena tantangan sekarang sangat berat. Keluarga besar Mangkunegaran perlu memikirkan siapa kah calon pengganti adat ini dengan melihat kredibilitas dan kapabilitasnya,” urainya.