by Ponco Suseno - Espos.id Solopos - Kamis, 3 Februari 2022 - 23:14 WIB
Esposin, KLATEN—Omah Limbah Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Klaten, tinggal selangkah lagi bakal mengekspor maggot hingga ke India, dalam waktu dekat. Maggot kualitas ekspor yang akan dikirim ke India tersebut merupakan maggot jenis kering.
Hal itu disampaikan Ketua Omah Limbah Gempol, Kecamatan Karanganom, Edy Nugroho, kepada Esposin, Kamis (3/2/2022). Produkai maggot di Omah Limbah Gempol mencapai 50 kilogram per hari.
Guna menghasilkan 50 kilogram maggot basah dibutuhkan 1 ton sampah organik dalam 3-4 hari. Maggot berfungsi sebagai pakan hewan ternak, seperti ayam, itik, lele, dan lainnya.
Baca Juga: Ada Peluang Permintaan 5 Kuintal/Hari, KTNA Klaten Kembangkan Maggot
Baca Juga: Ada Peluang Permintaan 5 Kuintal/Hari, KTNA Klaten Kembangkan Maggot
"Saat ini, kami sudah mengirim sampel ke India. Ada seorang pengusaha yang tertarik dengan maggot kami. Jika sampel itu sudah disetujui, kami siap mengirim ke sana secara rutin ke depannya," kata Edy Nugroho.
Edy Nugroho mengatakan maggot yang diproduksi di Omah Maggot Gempol biasanya hanya dipasarkan di kawasan Klaten dan sekitarnya. Harga maggot basah senilai Rp7.000 per kilogram. Sedangkan, harga maggot kering senilai Rp55.000 per kilogram.
Baca Juga: Bank Sampah Kahuman Klaten Kembangkan Maggot Beromzet Rp2 Juta/Bulan
Edy Nugroho mengatakan Omah Limbah Gempol mulai memproduksi maggot sejak, Maret 2021. Pakan utama maggot diambilkan dari sampah organik di Gempol dan sekitarnya.
"Mulai sekarang, kami juga sedang berusaha menjalin kerja sama dengan daerah lain [model plasma]. Sehingga saat pengiriman ke India dimulai, produktitas maggot bisa stabil. Di Klaten ini, total produksi maggot sekitar 800 kilogram. Omah Maggot Gempol bisa menyuplai hingga 150 kilogram," katanya.
Sebagaimana diketahui, budi daya maggot menjamur di Klaten sejak, pertengahan 2020. Di antara komunitas budi daya maggot di Kabupaten Bersinar, seperti di Kecamatan Tulung, Kecamatan Polanharjo, Kecamatan Ceper, Kecamatan Karanganom, Kecamatan Delanggu, Kecamatan Jatinom, Kecamatan Klaten Tengah, Kecamatan Klaten Selatan, Kecamatan Klaten Utara. Kualitas maggot tergantung dari cara pengelolaanya dan banyaknya variasi limbah organik sebagai pakan ternak.
Baca Juga: Inilah Data Komunitas Pembudidaya Maggot Si Pemakan Sampah Organik di Klaten
"Semakin bervariasi limbahnya [sayuran, buah-buahan, sisa makanan, dan lainnya] itu semakin bagus kualitas maggotnya. Jadi, tidak hanya satu jenis limbah. Untuk menghasilkan satu kilogram maggot kering yang bagus, dibutuhkan delapan kilogram maggot basah," kata Edy Nugroho.
Pada kesempatan itu, orang kedua di lingkungan Pemkab Klaten itu menyarankan ke manajemen Omah Limbah Gempol untuk terus meningkatkan produktivitas maggot. "Bisa saja dibikin model plasma [untuk pengembangan maggot]," kata Yoga Hardaya.
Baca Juga: Kelola Sampah Organik dengan Maggot, Omah Limbah Gempol Klaten Wakili Jateng ke Tingkat Nasional
Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan (DLHK) Klaten, Dwi Maryono, mengatakan pengembangan maggot bisa menjadi solusi penanganan sampah di Klaten. Hal itu terutama dalam menangani sampah organik di rumah tangga.
"Harapan kami seperti itu. Penanganan sampah sekarang ini berada di bidang pengelolaan sampah dan limbah," katanya.