by Taufiq Sidik Prakoso - Espos.id Solopos - Rabu, 24 Mei 2023 - 23:28 WIB
Esposin, KLATEN -- Mursidah, 67, seorang bakul sayur keliling asal Keprabon, Polanharjo, Klaten, terus mengucap syukur ketika akhirnya usaha dan doanya terkabul untuk bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada tahun ini.
Hasil menabung selama puluhan tahun bisa dia gunakan untuk membiayai ibadah haji. Ditanya resepnya bisa konsisten menabung selama puluhan tahun untuk beribadah haji, Mursidah mengatakan dengan memperkuat ibadah Salat Tahajud.
“Resepe atine kepengine saben wengi Salat Tahajud. Rutin pasa Senin-Kemis [resepnya hatinya selalu ingin melaksanakan Salat Tahajud saat malam. Rutin puasa Senin-Kamis],” kata Mursidah saat ditemui Esposin di rumahnya, Rabu (24/5/2023) sore.
Mursidah mengatakan saban Iduladha dia juga rutin berkurban dengan menyisihkan sebagian uang yang dia peroleh dari hasil berjualan sayur. Ketika tak memiliki uang lebih menjelang Iduladha, Mursidah menjual perhiasannya agar tetap bisa ikut berkurban.
Mursidah mengatakan saban Iduladha dia juga rutin berkurban dengan menyisihkan sebagian uang yang dia peroleh dari hasil berjualan sayur. Ketika tak memiliki uang lebih menjelang Iduladha, Mursidah menjual perhiasannya agar tetap bisa ikut berkurban.
“Ali-ali didol, kalung didol dingge kurban [cincin dijual, kalung dijual untuk bisa ikut kurban],” kata Mursidah. Bakul sayur keliling asal Keprabon, Klaten, yang tahun ini naik haji itu juga dikenal rajin menunaikan ibadah berjamaah di masjid.
Dia pergi masjid dengan mengayuh sepedanya. Begitu juga saat pergi ke pengajian yang juga rutin didatangi, Mursidah selalu mengayuh sepedanya. Saat ditemui Esposin pada Rabu sore, Mursidah sedang mengikuti pengajian di desa lain.
Putri sulung Mursidah, Sri Murjiyati, 44, mengatakan selama ini sambil menunggu panggilan naik haji, kegiatan ibunya diisi dengan aktivitas sebagai bakul sayur keliling dan beribadah di Keprabon, Klaten. Ibunya juga rutin mengaji di beberapa tempat.
Mursidah yang tahun ini naik haji menjadi bakul sayur keliling di Keprabon, Klaten, sejak anak bungsunya masih kecil. Anak bungsu tersebut saat ini sudah berumur 37 tahun. Mursidah berjualan sayur keliling menggunakan sepeda onthel yang bagian belakangnya dipasangi beronjong.
Mulai pukul 05.00 WIB, Mursidah pergi pasar untuk kulakan sayur segar. Setelahnya, dia menjual sayur mayur keliling kampung. Pendapatan yang diperoleh dari berjualan sayur sebagian dia tabung untuk mewujudkan cita-citanya berangkat haji.
Rata-rata Mursidah menabung Rp10.000 per hari. Uang tersebut dia tabung dalam kaleng. Saat kaleng sudah penuh, uang dibelikan perhiasan sebagai tabungan yang sewaktu-waktu bisa dia jual untuk menggenapi biaya berangkat haji.
Mursidah mendaftar haji pada 2012 dan menjadi salah satu calon haji yang diberangkatkan tahun ini. Total biaya yang biaya untuk pemberangkatan ibadah haji dari biaya pendaftaran dan biaya pelunasan mencapai Rp50 juta.
Mayoritas biaya itu berasal dari uang tabungan Mursidah dari hasil jualan sayur mayur. Tiga tahun terakhir, Mursidah tidak lagi berjualan sayur keliling. Anak-anaknya melarangnya setelah perempuan tersebut terjatuh dari sepeda karena terserempet sepeda motor saat perjalanan ke pasar.
Sebagai gantinya, Mursidah berjualan sapu lidi, garam, serta tanah liat yang biasa digunakan untuk memasak daun pepaya di rumahnya. Namun, Mursidah tetap rutin bersepeda terutama untuk mendatangi pengajian.