by Chrisna Chanis Cara Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Kamis, 18 Februari 2016 - 22:55 WIB
ESPOS.ID - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)
Esposin, SOLO--Pengamat perkotaan, Yunanto Sutyastomo, menilai problem permukiman warga Solo tak cukup diselesaikan dengan penyediaan lahan di pinggiran kota (satelit Solo). Butuh komitmen untuk penyediaan rumah yang dapat diakses bagi kaum miskin.
Menurut Yunanto, hunian yang ada di kawasan satelit Solo seperti Solo Baru dan Colomadu selama ini cenderung hanya memfasilitasi kalangan menengah ke atas. Kaum miskin kota, imbuhnya, hanya sebatas menjadi penonton dalam pengembangan permukiman baru. “Kalau ada kerja sama antardaerah (untuk penyediaan lahan permukiman warga Solo) tapi tak bisa diakses warga miskin ya sama saja. Pemerintah perlu memikirkan keterjangkauan harga hunian di samping penyediaan lokasi,” ujarnya saat dihubungi Esposin, Kamis (18/2/2016).
Antok, sapaan akrabnya, melihat penyediaan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) selama ini belum mampu mengakomodasi kaum marginal. Selain akses rumah murah, dia mendorong pembangunan rusunawa di kawasan padat penduduk seperti Gandekan dan Mojosongo. “Pemanfaatan rusunawa juga mesti dikontrol rutin. Jangan sampai warga mampu malah mengkapling rusunawa,” tukasnya.
Menurut dia, pemerataan lahan kerja di kabupaten sekitar Solo juga dapat menekan kepadatan penduduk di Kota Bengawan. Pengembangan sektor agraris yang berkelanjutan dinilai dapat menyerap tenaga kerja di luar Solo. Dia melihat upaya tersebut belum sepenuhnya dilakukan sehingga konsentrasi lapangan pekerjaan masih berada di Solo.
“Warga cenderung enggan memiliki hunian jauh dari lokasi pekerjaannya. Kalau mau membenahi masalah permukiman, lapangan kerja juga mesti dipikirkan,” kata dia.