by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Minggu, 7 Juli 2024 - 17:17 WIB
Esposin, SRAGEN -- Jumlah pengunjung objek wisata religi Gunung Kemukus, Sumberlawang, Sragen, pada momentum 1 Sura 2024 menurun sampai 20% bila dibandingkan dengan jumlah pengunjung pada momen yang sama 2023 lalu.
Bahkan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah pengunjung menunjukkan tren yang terus menurun. Salah satu faktor turunnya jumlah pengunjung karena berkaitan dengan hiburan yang berganti-ganti pada setiap tahunnya.
Gunung Kemukus masih dikenal sebagai wisata religi di Kabupaten Sragen. Orang dari berbagai daerah biasanya berdatangan ke Gunung Kemukus untuk berziarah ke Makam Pangeran Samudro. Momentum ziarah paling ramai biasanya pada Jumat Pon dan Jumat Kliwon.
Kebetulan selama sebulan di Sura tahun ini tidak ada Jumat Pon karena hari Jumat Pon jatuh pada H-2 sebelum 1 Sura, tepatnya pada Jumat (5/7/2024) lalu. Pada 1 Sura, biasanya digelar tradisi Larap Kelambu (Slambu), yaitu tradisi pencucian tirai atau kelambu makam Pangeran Samudro ke Sungai Serang.
Kebetulan selama sebulan di Sura tahun ini tidak ada Jumat Pon karena hari Jumat Pon jatuh pada H-2 sebelum 1 Sura, tepatnya pada Jumat (5/7/2024) lalu. Pada 1 Sura, biasanya digelar tradisi Larap Kelambu (Slambu), yaitu tradisi pencucian tirai atau kelambu makam Pangeran Samudro ke Sungai Serang.
Salah seorang warga di Dukuh Kedunguter RT 002, Desa Soko, Kecamatan Miri, Sragen, Slamet, 76, saat berbincang dengan Esposin, Minggu (7/7/2024), mengungkapkan tradisi Larap Kelambu itu sudah ada sejak 1982 tetapi saat itu belum ramai. Dalam perkembangannya, jelas dia, tradisi 1 Sura di Gunung Kemukus ini menjadi ramai sejak adanya hiburan berupa pertunjukan wayang kulit.
“Pengunjungnya membeludak saat ada pertunjukan wayang kulit. Namun, belakangan semakin menurun pengunjungnya karena hiburannya berganti-ganti pada setiap tahunnya dan tidak ada lagi wayangan. Kalau tidak salah tidak ada wayang kulit itu sejak sekitar tahun 2014. Hiburannya menjadi tayuban, ketoprak, dan kesenian tradisional lainnya,” jelas Slamet yang tinggal di satu kompleks Gunung Kemukus.
“Bagi yang punya usaha dengan air itu bisa melancarkan usahanya. Yang kantoran juga bisa mendpat keberkahan. Yang menjadi petani bisa meningkatkan hasil pertaniannya. Kalau petani biasanya airnya dituangkan di empat sudut sawah sebelum labuhan dimulai,” kata Slamet.
Dia mengatakan seharusnya berapa pun air yang didapat itu jangan sampai habis dalam setahun atau sebelum 1 Sura di tahun berikutnya sehingga penggunaannya dihemat kalau dapatnya sedikit. “Yang dapatnya sedikit itu bisa dicampur dengan air di rumah yang khusus digunakan untuk memasak,” jelasnya.
Bayan Gunungsari, Pendem, Sumberlawang, Sragen, Ariyadi, mengungkapkan jumlah pengunjung Gunung Kemukus tahun ini turun sampai 20% bila dibandingkan pada pengunjung 1 Sura 2023 lalu. Dia memperkirakan jumlah pengunjung Gunung Kemukus pada 1 Sura 2024 ini sekitar 500 orang.
Padahal pada 2023 lalu, kata dia, terhitung masih banyak dan hampir mendekati 700 orang pengunjung. Dia mengatakan segala upaya sudah dilakukan dengan sinergi masyarakat dan pemerintah.
Dia menyampaikan untuk memajukan kunjungan di Gunung Kemukus, warga berharap event diperbanyak. Dalam setahun, ujar dia, bisa 3-4 kali. Ketika ada event, jelas dia, warga juga antusias untuk ikut menyebarkan lewat media sosial.
Sementara itu, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan persoalan kunjungan Gunung Kemukus yang menurun ini memang perlu dikaji lagi. Dia mengatakan kalau masyarakat menghendaki ada wayangan setiap tahunnya maka mungkin perlu diegandakan rutin wayangan setiap tahun untuk mengembalikan marwah Gunung Kemukus.
“Apa yang dilakukan Pemkab sebenarnya sudah bersinergi dengan usaha mikro kecil dan menengah, sosialisasinya juga sudah masif. Saran dari para sesepuh warga perlu dicoba,” katanya.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Sragen, Joko Hendang Murdono, menyampaikan turunnya jumlah pengunjung pada momentum 1 Sura di Gunung Kemukus itu bisa jadi mulai ada perubahan kultur masyarakat sekarang, yakni antara kepercayaan pada tradisi dan pemahaman tentang agama yang kuat.
Dia menyampaikan evaluasi ke depannya lebih pada kemasan prosesi Larap Kelambu yang lebih banyak menampilkan seni budaya agar lebih menarik. “Rangkaian kegiatan di Gunung Kemukus masih berjalan sampai Minggu malam. Mudah-mudahan warga yang datang lebih banyak karena ada ketoprak humor. Semalam cukup banyak pengunjung yang meramaikan Ekraf dan melihat hiburan live music,” ujarnya.