by Aries Susanto Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Kamis, 28 Desember 2017 - 08:35 WIB
Esposin, BOYOLALI -- Pembangangunan rel kereta api dari Stasiun Solo Balapan menuju Bandara Adi Soemarmo menelan anggaran tak sedikit. Tak kurang uang Rp115 miliar bakal tertelan hanya untuk membayar ganti rugi pembebasan lahan-lahan warga yang terdampak proyek intermoda itu.
Anggota Staf Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Tengah, Dandung Iskandar, mengatakan dana Rp115 miliar bakal terpakai untuk membebaskan lahan di Desa Sawahan, Pandeyan, Donohudan, Dibal, Sindon, hingga Ngesrep. Meski saat ini baru sebagian warga yang menerima sosialisasi, lahan-lahan yang bakal terkena dampak sudah terdata.
“Nanti, fix-nya setelah kami melakukan pengukuran langsung dengan tim dari BPN. Namun, perkiraan dana yang dibutuhkan untuk membayar ganti rugi mencapai Rp115 miliar,” jelas Dandung kepada Esposin, Rabu (27/12/2017). (Baca: Jalur Kereta Bandara Dibuat Melayang, Puluhan Bidang Lahan Sawahan Boyolali Batal Dibebaskan)
“Nanti, fix-nya setelah kami melakukan pengukuran langsung dengan tim dari BPN. Namun, perkiraan dana yang dibutuhkan untuk membayar ganti rugi mencapai Rp115 miliar,” jelas Dandung kepada Esposin, Rabu (27/12/2017). (Baca: Jalur Kereta Bandara Dibuat Melayang, Puluhan Bidang Lahan Sawahan Boyolali Batal Dibebaskan)
Kompensasi senilai Rp115 miliar, menurut Dandung, berdasarkan perhitungan tim appraisal. Hitungan tersebut juga mengacu pada aturan perundangan yang berlaku sehingga jika ada warga yang meminta kompensasi di luar ketentuan akan bertentangan dengan perundangan.
“Kalau warga minta kompensasi tinggi, ya itu kan hak warga. Namanya saja meminta, ya pastinya yang gede. Tapi, kan semua sudah diatur oleh undang-undang,” jelasnya.
“Karena ini masih musim liburan, jadi kami belum bisa bergerak cepat. Tapi, Januari nanti sudah kami mulai lagi,” terangnya. (Baca: Belum Dapat Sosialisasi, Warga Ngemplak Boyolali Pertanyakan Proyek Kereta Bandara)
Dandung optimistis proyek rel kereta bandara bakal rampung akhir 2018. Menurutnya, pembangunan kontruksi rel dan tiang penyangganya tak akan memakan waktu lama. Yang memakan waktu lama biasanya malah saat pembebasan lahan.
“Kalau lahan sudah bebas, proyek bisa dipercepat. Alat-alat berat kita datangkan sebanyak mungkin untuk mengejar target,” jelasnya.
Kepala Desa (Kades) Sindon, Supardi, membenarkan warga di desanya secara resmi belum menerima sosialisasi proyek tersebut. Ia hanya bisa menanti kepastian dari tim pelaksana proyek sebelum menyampaikan kepada warganya.
“Sejauh ini, desa kami memang belum menerima sosialisasi rel kereta bandara. Kami belum tahu kapan akan dilakukan sosialisasi,” jelasnya.
Kades Pandeyan, Sukasno, berharap pembangunan rel kereta bandara tak merugikan warganya. Salah satunya, ia berharap warga dibuatkan akses jalan menuju lahan sawahnya di kanan kiri tol.
“Dulu pelaksana tol mau membuatkan akses jalan, tapi tak kunjung dilakukan. Sekarang malah ada proyek rel kereta bandara di samping tol,” terangnya.