Langganan

Pedagang Pasar Darurat Ir Soekarno Keluhkan Biaya Listrik - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Trianto Hery Suryono Jibi Solopos  - Espos.id Solopos  -  Kamis, 27 September 2012 - 05:35 WIB

ESPOS.ID - Suasana los pakaian di pasar darurat tempat penampungan pedagang Pasar Ir Sukarno Sukoharjo. Bagian dalam los terlihat gelap karena padamnya aliran listrik akibat para pedagang keberatan dengan tingginya biaya listrik yang dikenakan. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

SUKOHARJO - Pedagang Pasar Darurat Ir Soekarno, Sukoharjo mengeluhkan tingginya biaya listrik yang harus ditanggung. Karena tak kuat membayar, aliran listrik di pasar darurat itu selama dua hari terakhir padam. Para pedagang hanya duduk-duduk di luar kios dan los menunggu barang dagangannya.

Informasi yang dihimpun Esposin, biaya listrik setiap bulan rata-rata senilai Rp5,7 juta hingga Rp5,9 juta. Akibat tak adanya aliran listrik, kondisi di dalam kios pakaian gelap. Untuk mendapatkan cahaya, sebagian pedagang memasang botol kosong air mineral dibawah seng. Cara itu cukup efektif untuk membawa cahaya masuk ke ruang namun demikian cahaya tidak bisa menerangi seluruh kios.

Advertisement

“Kios di pinggi jalan utama masih terang namun yang di gang-gang gelap gulita,” ujar salah seorang pedagang, Isa. Dia mengaku, aliran listrik sudah padam sejak Selasa. Keterangan Isa diiyakan oleh pedagang yang lain. Hal sama disampaikan pedagang jam, Masrial Ujang. “Listrik padam sejak Selasa. Semua pedagang mengeluhkan kondisi itu, masak berjualan dengan gelap-gelapan,” ujarnya.

Menurutnya, pedagang di pasar darurat setiap hari berjualan hingga pukul 18.00 WIB. Ujang menilai beban listrik senilai Rp1,5 juta/bulan dirasa memberatkan pedagang. Dia meminta Pemkab Sukoharjo memberikan subsidi agar para pedagang bisa beraktivitas. “Kondisi pasar sepi. Jika dibebani membayar listrik setiap bulan senilai Rp5,7 juta dari mana uang diperoleh?” keluh Ujang.

Sementara itu, Wakil Ketua Pengurus Himpunan Pedagang Pasar Kota Sukoharjo (HPPKS), Sunarto menjelaskan, kemampuan pedagang untuk membayar listrik berbeda-beda. “Di antara pedagang tidak sama. Ada yang membayar Rp200 per hari, Rp500 per hari atau Rp1.000. Jika dikumpulkan belum cukup untuk membayar rekening listrik. Kami mendengar ada subsidi membayar listrik dari Pemkab. Apakah subsidi itu hanya Juli dan Agustus, juga untuk pedagang yang mana?”

Advertisement

Dia berharap persoalan listrik bisa secepatnya selesai agar semua pedagang bisa beraktivitas. “Kami menilai beban dari PLN terlalu tinggi. Masak menggunakan lampu 18 watt ditarik beaya per bulan Rp22.356, sedangkan penggunaan kipas angin dengan kekuatan 25 watt ditarik Rp31.050 dan magic jar volume 40 watt ditarik Rp49.680. Perhitungan itu selama 24 jam tetapi pedagang tidak menggunakan selama 24 jam. Mestinya disesuaikan dengan kondisi darurat, jangan beban niaga dibebankan pada pedagang darurat.”

Lurah Pasar Ir Soekarno, Tri Sukrisno saat mengonfirmasi, menyatakan, dari 907 pedagangnya hanya sekitar 110 pedagang yang menggunakan listrik. Menurutnya, ke-907 pedagang itu terbagi atas 695 pedagang los dan 212 pedagang kios. “Dari jumlah tersebut tak semuanya menempati los dan kios di pasar darurat. Pedagang kios yang mau menempati hanya berkisar 30 pedagang hingga 40 pedagang sedangkan pedagang los hanya 100 orang hingga 150 orang sehingga tak semua menggunakan listrik.”

Lebih lanjut dijelaskannya, pemadaman aliran listrik dikarenakan pedagang tak sanggup membayar tagihan senilai Rp5,9 juta. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Sukoharjo, Sriyono, mengatakan, Pemkab pernah memberikan subsidi membayar listrik namun hanya cukup hingga Agustus. “Sejak September, pedagang membayar sendiri kebutuhan biaya listrik. Jadi pedagang kami harapkan membantu pembayaran sehingga tidak membebani Pemkab,” katanya.

Advertisement
Advertisement
R. Bambang Aris Sasangka - journalist, history and military enthusiast, journalist competency assessor and trainer
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif