by Wahyu Prakoso - Espos.id Solopos - Selasa, 13 Desember 2022 - 04:00 WIB
Esposin, SOLO -- Rangkaian tata cara nikah adat Jawa khususnya gaya Jogja dan Solo seperti yang dijalani Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono tidak cukup dilakukan sehari-dua hari.
Mulai dari siraman, kemudian midodareni, akad nikah, hingga ngunduh mantu dan resepsi membutuhkan waktu beberapa hari dengan masa persiapan yang bisa mencapai berbulan-bulan.
Belum lagi nantinya setelah pernikahan dan sang istri hamil ada acara empat bulanan, tujuh bulanan, melahirkan, sampai tradisi pitonan (mitoni) lengkap di Kota Solo.
Seluruh rangkaian upacara adat tersebut mungkin dirasa ribet dan melelahkan bagian sebagian orang. Namun, keluarga Presiden Jokowi melaksanakan semua tata cara adat itu secara lengkap pada hajatan nikah Kaesang dengan Erina.
Tujuannya tak sekadar memenuhi kelengkapan tata cara pernikahan adat Jawa tapi ada misi lain yaitu merawat dan melestarikan budaya sekaligus mengangkat potensi wisata budaya dan ekonomi.
Baca Juga: Bakul Pasar Gede Bagi-bagi Jenang, Syukuran Lancarnya Pernikahan Kaesang-Erina
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menjelaskan acara pesta pernikahan Kaesang-Erina bukan sekadar tasyakuran namun juga upaya melestarikan adat. Adat Jawa tidak cukup dengan resepsi tasyakuran satu sampai dua jam.
“Adat Jawa A sampai Z ada semua. Misalkan banyak orang yang belum tahu di tempat Erina ada sesi langkahan. Terus kemarin di Loji Gandrung [ngunduh mantu]. Sebenarnya diruntut lengkap, dua hari enggak selesai,” katanya kepada wartawan di Balai Kota Solo, Senin (12/12/2022).
Dia mengatakan melihat dampak positif dari acara ngunduh mantu nikahan Kaesang bagi Kota Solo dalam menggerakkan seluruh potensi ekonomi, pariwisata dan budaya. Potensi wisata terangkat dengan banyak orang berkunjung ke kota ini, tingkat okupansi hotel melejit.
Baca Juga: Dibungkus Sedotan, Udik-Udik Uang Rp50.000 Jadi Rebutan di Kirab Kaesang-Erina
Kemudian potensi ekonomi terlihat dari kalangan UMKM terlibat, berbagai moda transportasi diberdayakan dan pendapatan meningkat, termasuk para seniman yang diajak mengisi panggung hiburan.
“Banyak makanan-makanan, kemarin kan enggak cuma satu katering, ada banyak. Kami ada beberapa gerobak, ada bantuan dari tamu-tamu yang lain,” ujarnya.
Ketua Panitia Pernikahan Kaesang dan Erina, Erick Thohir, mengatakan festival budaya yang dilangsungkan selama rangkaian hajatan pernikahan Kaesang-Erina telah berhasil menghidupkan kembali tradisi dan ritual leluhur yang telah lama tidak terlihat di masyarakat.
Salah satunya adalah kirab mempelai dari Loji Gandrung ke Pura Mangkunegaran. "Ini budaya yang sangat jarang kita ingat, bahkan sudah puluhan tahun tidak pernah diulang. Orang sudah lama sekali tidak melihatnya," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Esposin.
Baca Juga: Kumpulan Momen Lucu para Cucu Jokowi di Nikahan Kaesang, Jan Ethes Primadona
Festival Budaya yang berlangsung pada pernikahan Kaesang dan Erina merupakan upaya serius untuk menjaga budaya Indonesia yang bernilai tinggi. Menjaga budaya tetap relevan untuk Indonesia yang menjadi negara maju.
"Yang paling menantang adalah bagaimana acara ini tidak mengganggu masyarakat yang sedang car free day. Sehingga Festival Budaya bisa berjalan beriringan," ujar Erick.
Berdasarkan pemantauan Esposin, Minggu (11/12/2022) pagi, kemeriahan terlihat di sepanjang Jl Slamet Riyadi yang menjadi rute kirab dari Loji Gandrung menuju Pura Mangkunegaran Solo. Euforia masyarakat terlihat dari mereka yang rela menunggu berjam-jam demi melihat irig-iringan kirab pengantin dan keluarga Presiden Jokowi.
Baca Juga: Beskap Jan Ethes saat Nikahan Kaesang-Erina Jadi Buruan di Pasar Klewer Solo
Situasi semakin riuh ketika rombongan kirab berjalan sembari membagi-bagikan udik-udik dalam bentuk uang digulung dan dimasukkan sedotan maupun suvenir lain dengan dilempar ke arah kerumunan warga.
Keriuhan juga terasa di tenda-tenda yang menyediakan makanan gratis warga untuk memeriahkan festival budaya pernikahan Kaesang-Erina di pojok Stadion Sriwedari dan Ngarsopuro. Warga rela berdesak-desakan demi mendapatkan makanana gratis yang jumlahnya mencapai 16.000 paket tersebut.
Potensi ekonomi lain yang ikut bergerak dengan adanya acara pernikahan berbalut pesta rakyat dan festival budaya itu misalnya kalangan pengayuh becak yang pendapatannya baik berlipat. Kamar hotel yang penuh dipesan untuk beberapa hari.
Pengusaha bus yang disewa untuk mengangkut para tamu, penjual karangan bunga yang banjir order. Termasuk pedagang Pasar Klewer yang penjualannya terdongkrak karena banyak tamu nikahan Kaesang-Erina yang mampir untuk membeli pakaian untuk dipakai maupun untuk oleh-oleh.