by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Sabtu, 14 Agustus 2021 - 20:45 WIB
Esposin, SRAGEN -- Warga berbondong-bondong membawa aneka makanan dan buah pisang ke punden Eyang Noyo Dikromo yang terletak di Dukuh Butuh, Desa Banaran, Sambungmacan, Sragen, dalam acara merti dusun, Jumat (13/8/2021) siang.
Mereka berkumpul di pelataran di bawah pohon Sono yang dipercaya dulunya sebagai tongkat (teken) Eyang Buyut Noyo setelah turun dari Gunung Lawu. Semua makanan ditata. Warga yang membawa makanan kemudian duduk menunggu didoakan.
Aneka makanan ringan ditancapkan dalam dua pohon pisang yang disiapkan di tanah lapang itu. Dua pohon pisang dengan aneka makanan itu merupakan symbol atas gunungan. Yakni ada gunungan perempuan dan laki-laki. Setelah semua siap, sesepuh warga berdoa dan diamine para warga dalam acara merti dusun.
Baca juga: Bupati Sragen Sidak, RSUD Tangen Ditarget Rampung Desember 2021
Prosesi tersebut disebut dengan istilah jembulan. Prosesi itu menjadi bagian dari upcara adat merti dusun. Adat ini dilakukan setelah panen bagi masyarakat agraris di Dukuh Butuh. Tradisi tersebut masih dipelihara karena ada warga pendukungnya dari tujuh RT.
Seorang tokoh masyarakat Butuh, Sukimin, 62, mengisahkan upacara adat tersebut melegenda sejak zaman Hindia Belanda. Dari cerita tutur di Butuh, ujar dia, adat merti dusun itu dilakukan karena ada musibah yang disebabkan karena gejolak alam. Hingga sampai menimbulkan penyakit, kekeringan, kelaparan, dan seterusnya.
Baca juga: Masih Rendah, Capaian Vaksinasi Covid-19 Dosis Pertama Sukoharjo Baru 19,8%
Sukimin menyampaikan prosesi merti dusun dilakukan dengan tetap melakukan protokol kesehatan karena masih adanya kebijakan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sukimin melanjutkan merti dusun itu juga dikaitkan dengan keberadaan Dewi Sri atau Dewi Padi karena hasil panen yang baik itu sebagai wujud kemurahan Dewi Sri.
“Sebenarnya syukur itu hanya kepada Tuhan yang memberi hasil panen yang melimpah. Selain itu, merti dusun itu juga untuk menjaga keselamatan warga desa dari penyakit, bahaya, dan bencana serta menjadikan desa aman dan tentram,” katanya.