Esposin, SOLO -- Komunitas pengelola pangan berlebih, Carefood Solo, melakukan aksi luar biasa. Per bulan, rata-rata Carefood Solo bisa menyelamatkan pangan berlebih dan mengurangi sampah pangan hingga mencapai 1 ton.
Penyelamatan pangan tersebut dilakukan melalui program bernama food sharing atau berbagi makanan. Penanggung Jawab Carefood Solo, Dian Arief Prastiko, saat berbincang bersama Esposin, belum lama ini, mengatakan komunitasnya terbentuk didasari rasa prihatin atas tingginya sampah pangan di Solo.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Oleh karenanya, pada 2019, bersama Yayasan Gita Pertiwi, ia membentuk Carefood Solo yang tujuan utamanya melakukan pengelolaan pangan berlebih agar tidak terbuang sia-sia.
Sebagaimana diketahui, timbulan sampah pangan di Solo memang terbilang tinggi. Menurut riset yang dilakukan Gita Pertiwi pada 2021, dalam sehari sampah pangan di Solo mencapai 142,3 ton.
Sampah pangan tersebut hasil dari makanan berlebih dari konsumsi masyarakat maupun pelaku usaha pangan hotel, resto, dan kafe (Horeka) yang tidak dikelola dengan baik. Sehingga makanan-makanan yang sebetulnya masih layak terbuang dan menyumbang gunungan sampah TPA Putri Cempo yang tingginya mencapai 28 meter.
“Bisa dilihat bahwa TPA Putri Cempo sampahnya sudah mulai menggunung dan 33 persen di antaranya adalah sampah pangan. Berangkat dari itu kami sepakat membuat komunitas ini dan ingin menekan sampah pangan yang terbuang sia-sia,” kata dia.
Dian mengakui dalam menjalankan program food sharing, komunitasnya tidak bisa berjalan sendirian. Selama hampir lima tahun berjalan ia selalu melibatkan Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jawa Tengah, Dinas Ketahanan Pangan (Dispangtan) Solo, Food Cycle, lembaga sosial, dan beberapa kelompok masyarakat.
Selain itu kami juga menggandeng pihak lain, terutama pelaku usaha pangan yang punya potensi menghasilkan pangan berlebih, seperti hotel, restoran, kafe hingga pabrik roti. “Pangan berlebih itu bukan masalah yang kecil dan bisa kami tangani sendiri. Sehingga perlu adanya kerja sama berbagai pihak,” papar dia.
Tiap pekan, kata dia, Carefood Solo menyalurkan pangan berlebih atau pangan sisa yang masih layak konsumsi sebanyak 2-3 kali. Sasarannya adalah warga masyarakat umum hingga lembaga sosial yang sudah bekerja sama dengan komunitasnya.
Dua Cara Pembagian Pangan Berlebih
Dia menjelaskan untuk membagikan pangan berlebih tersebut, dia lakukan dengan dua cara. Pertama, dibagikan langsung ke lokasi banyak warga yang membutuhkan atau lembaga sosial. Kedua, melalui etalase berbagi di 12 lokasi se-Solo.“Lembaga yang biasa kami sasar untuk pembagian pangan adalah Panti Laras Utami, Adulam Ministry, Griya PMI. Sedangkan 12 etalase berbagi tersebut kami sebar di titik-titik strategis misal dekat dengan masjid, gereja atau tempat lainnya jadi masyarakat bebas ambil secara gratis,” jelas dia.
Melalui program food sharing tersebut Carefood Solo bersama Gita Pertiwi dan pihak lain yang terlibat dapat menyelamatkan lebih dari 1 ton makanan layak konsumsi dari hotel, pasar, katering, masyarakat, dan toko roti. Jenis pangan yang terselamatkan juga bermacam-macam, mulai dari sayur, nasi, lauk pauk, dan bumbu dapur.
Dia mencontohkan pada Mei lalu Carefood Solo bisa menyelamatkan 300 kg sayuran, lauk pauk sebanyak 30 kg, roti sebanyak 75 kg, memberikan paket nasi bungkus dengan total 721 kg, dan beberapa bumbu dapur ± 3 kg. Namun demikian, menurutnya, belum semua elemen perusahaan makanan terkover penyelamatan pangan.
“Bulan Mei kami menemukan fakta dari sedikit perusahaan makanan saja sudah 1 ton lebih pangan yang terselamatkan. Artinya lebih dari itu masih banyak makanan layak yang terbuang sia-sia. Meskipun begitu tidak masalah, lantaran ini menjadi awal mula membentuk kesadaran masyarakat agar stop boros pangan.” ungkap dia.
Lebih lanjut, dia menjamin pembagian makanan dilakukan berdasarkan SOP yang ketat untuk memastikan makanan yang dibagikan layak konsumsi dan tidak menimbulkan efek buruk bagi penerimanya.
“Kami sudah punya SOP yang ketat baik saat penerimaan, proses pengantaran, hingga penyerahan. Jadi insyaallah pangan yang kami bagikan dalam keadaan layak makan,” kata dia.
Dia juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat yang ingin ikut terlibat dalam program food sharing yang dilakukan Carefood Solo. Mulai dari membantu memberikan pangan berlebih dan berdonasi dalam bentuk uang.
Bila ada masyarakat ingin terlibat bisa membantu memberikan pangan berlebih ataupun menyumbang dalam bentuk uang, bisa kontak lewat Instagram: @carefoodsolo atau kontak ke Gunawan : 081215326001 dan Dian : 0895331239391. Atau transfer ke nomor rekening Bank Mandiri a.n Gunawan Ariwijaya: 0310005735280.
Bahaya Sampah Pangan
Sementara itu, Pemilik Katering Dahar Eco Solo, Asmiatiningsih, mengatakan pangan berlebih atau pangan mubazir di Solo sangat tinggi. Menurut dia, hal ini disebabkan karena belum adanya aturan yang jelas soal penyaluran pangan berlebih.“Sebagian besar pengusaha jasa boga di Solo juga sudah menyadari soal itu. Namun kami bingung mau disalurkan ke mana dan takut juga apabila ternyata makanan yang kami salurkan tidak layak, soalnya kalau kejadian nama baik kami bisa kena” kata dia.
Pengurus Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Indonesia (PPJI) Solo tersebut akhirnya memilih menyiasasti hal tersebut dengan menggandeng Gita Pertiwi dan Carefood Solo untuk menyalurkan pangan berlebih katering miliknya.
Dia pun juga aktif mengedukasi pengusaha lain dan termasuk pelanggan kateringanya untuk menghentikan membuang-buang makanan layak konsumsi.
“Kami dan Carefood sudah punya SOP yang ketat dari awal bekerja sama sejak 2-3 tahun lalu. Jadi bisa kami pastikan makanan kelebihan katering kami yang disalurkan Carefood Gita Pertiwi dalam kondisi laik konsumsi dan selalu dijaga higienitasnya,” terang dia.
Dia berharap ke depan kesadaran memanfaatkan pangan berlebih bisa diikuti oleh katering atau pengusaha boga lain di Solo.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Program Yayasan Gita Pertiwi, Titik Eka Sasanti, mengingatkan dengan jumlah sampah pangan yang begitu besar, dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat cukup signifikan.
Mulai dari meningkatkan emisi gas rumah kaca karena produksi gas metana berlebih, rentan terjadi ledakan sampah di tempat pembuangan akhir, hingga yang paling membahayakan bila terus dibiarkan adalah terjadi kelangkaan pangan.
“Oleh karenanya kami mendorong Pemkot Solo membuat regulasi dan membentuk lembaga profesional yang khusus menangani soal sampah pangan atau food losses. Agar persoalan pangan berlebih ini bisa segera diatasi,” kata dia belum lama ini.