by Redaksi - Espos.id Solopos - Minggu, 11 September 2016 - 15:30 WIB
Esposin, SOLO--Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, Yosca Herman Soedradjad, menyiapkan sejumlah skenario atasi dampak sistem satu arah (SSA) Gendengenan-Purwosari. Skenario tersebut di antaranya evaluasi berkala, manajemen rekayasa lalu lintas hingga pelebaran jalan kampung.
Sebelumnya, Sabtu (11/9/2016), sejumlah warga di Jl. Kenanga, Badran, Purwosari, dan Jl. Sutowijoyo, Punumping, meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Solo memastikan pemberlakukan SSA Gendengan-Purwosari, tidak berdampak menambah kepadatan kendaraan bermotor di kampung mereka.
“Nanti kami evaluasi terus karena sampai 2018 semua di Kota Solo menjadi satu arah. Kami juga adakan treatment termasuk menangani hambatan angkutan umum dengan sistem contra flow [melawan arus]. Jadi satu arah tapi dengan contra flow,” kata Herman, saat ditemui Esposin, di kawasan car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi, Minggu (11/9/2016).
Herman mengatakan SSA penting dilaksanakan. Sebab, pertumbuhan jumlah kendaraan di Solo tidak sebanding dengan kapasitas jalan. Pada 2010 jumlah kendaraan berplat AD-Solo sebanyak 320.000 unit meningkat menjadi 490.000 unit pada 2015. Kepadatan jumlah kendaraan yang melintasi Solo saban hari meningkat dari 1,6 juta kendaraan/hari pada 2010 menjadi 2,5 juta kendaraan/hari pada 2015.
Herman menuturkan kepadatan kendaraan bermotor di kampung disebabkan oleh mudahnya akses kepemilikan kendaraan bermotor. “Enggak punya garasi, bawa uang Rp500.000 bisa bawa pulang kendaraan. Akhirnya jalan-jalan kampung dipenuhi dengan mobil,” tuturnya.
Penolakan SSA oleh masyarakat, menurut Herman, adalah wajar. Pemberlakuan SSA memang tidak memuaskan semua pihak. Maka itu, Dishubkominfo melakukan terapi sedikit demi sedikit untuk mengurai masalah trasnportasi di Kota Solo. “Setidaknya 60-70 persen masalah [transportasi] sudah kita urai,” kata Herman. (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)