Langganan

Kurang Terawat, Museum Samanhudi Sondakan Solo Sepi Pengunjung - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Candra Septian Bantara  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 27 Agustus 2024 - 19:28 WIB

ESPOS.ID - Museum Samanhudi yang terletak di Jl. K.H Samanhudi No.75, Sondakan, Laweyan, Solo, tampak sepi Selasa (27/8/2024). (Solopos.com/Candra Septian Bantara)

Esposin, SOLO– Kondisi Museum Samanhudi yang terletak di Jl. K.H Samanhudi No.75, Sondakan, Laweyan, Solo tampak kurang terawat. Hal ini membuat museum yang didirikan sejak 2008 silam tampak kotor dan sepi pengunjung.

Pantauan Esposin, Selasa (27/8/2024) pagi hingga siang, di lokasi yang dulunya adalah Kantor Kelurahan Sondakan tersebut tidak ada papan informasi soal keberadaaan Museum Samanhudi. Ditambah letak museum yang berada di belakang balai warga sehingga membuatnya tidak tampak dari jalan raya.

Advertisement

Ukuran museum ini tidak besar, hanya berkisar 6 x 12 meter. Di dalam museum mungil itu terpajang foto-foto dan dokumen yang menceritakan kehidupan sang pendiri Serikat Dagang Islam (SDI), catatan perkembangan organisasi, dan beberapa buku bacaan. Selain itu, ada juga berbagai, foto, dan dokumen tentang revolusi batik.

Sayangnya, kondisi ruangan museum tidak begitu bersih dan terawat. Di beberapa sudut ruangan cukup banyak debu dan kotoran yang menempel di lantai.

Advertisement

Sayangnya, kondisi ruangan museum tidak begitu bersih dan terawat. Di beberapa sudut ruangan cukup banyak debu dan kotoran yang menempel di lantai.

Kemudian di sisi timur area museum lampunya juga mati sehingga membuat visibilitas pengunjung sedikit terganggu. Dan di salah satu sudut museum terdapat lantai yang retak dan berlubang.

Hari itu, suasana museum tampak begitu lengang. Tidak ada pengunjung lain yang datang ke museum.

Advertisement

“Salah satu sumber pemasukan museum ini kan dari pengunjung, akan tetapi setelah pandemi Covid-19 itu tren pengunjung cenderung menurun. Jumlahnya pun bisa dihitung jari. Sehingga secara langsung berdampak pada terbatasnya anggaran operasional yang kami miliki,” kata dia saat ditemui di Esposin di museum, Selasa (27/8/2024).

Aziz mengaku saat ini pemasukan museum cukup mengandalkan pemasukan dari Pokdarwis Kelurahan Sondakan. Di mana Pokdarwis tersebut memiliki paket wisata unggulan yang salah satu tujuannya adalah mengunjungi Museum Samanhudi.

Dia berharap agar museum yang berada di bawah Yayasan Warna Warni yang didirikan Nina Akbar Tandjung tersebut bisa terus eksis. Walaupun menurut dia, kondisi museum yang ia kelola layaknya sebuah peribahasa “Hidup segan mati tak mau”.

Advertisement

“Meskipun kondisi museum ini seperti hidup segan mati tak mau saya dan teman-teman lain tetap akan mempertahankannya agar tetap eksis. Bagaimanapun Samanhudi adalah pahlawan asal Sondakan yang jasa-jasanya harus tetap bisa dilihat dan dikenang masyarakat,” ungkap dia.

Pria yang bekerja sebagai Linmas di Kelurahan Sondakan tersebut merekomendasikan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan Solo agar membuat program wajib kunjung museum kepada para pelajar. Sehingga kata, dia, museum tetap bisa hidup dan stigma museum sebagai tempat menakutkan dan tidak terawat perlahan mulai pudar.

“Dengan adanya program tersebut tentu siswa tahu soal sejarah Samanhudi. Kemudian meseum pun juga bisa memperoleh dana untuk kebutuhan operasional dan perbaikan museum. Dan yang paling penting stigma bahwa museum itu tempatnya menakutkan, tidak asik, dan membosankan itu perlahan mulai hilang,” pungkas dia.

Advertisement

Kondisi museum yang kurang terawat juga diamini oleh salah satu warga Sondakan, Sulis. Menurut dia agar bisa menarik pengunjung lebih banyak dan dikenal orang perawatan yang dilakukan pengelola Museum Samanhudi perlu ditingkatkan.

“Museum itu [Samanhudi] lokasinya cenderung tersembunyi jadi kalau dari jalan raya tidak tampak. Kemudian papan-papan informasi juga tidak ada. Jadi kalau ingin lebih ramai bisa dimulai dari pasang papan informasi dulu, perbanyak kegiatan yang menarik, dan perlahan perawatannya juga perlu ditingkatkan.” kata dia.

Advertisement
Ahmad Mufid Aryono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif