Langganan

Ketika 110 Kuliner Tradisional Naik Kelas Bareng di Sangirun Night Trail 2023 - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Tri Rahayu  - Espos.id Solopos  -  Senin, 6 November 2023 - 08:39 WIB

ESPOS.ID - Warga perwakilan desa-desa di Kawasan Sangiran menyajikan aneka menu makanan utama tradisional khas saat Kuliner Sangiran Naik Kelas di Omah Gedang Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen, Minggu (5/11/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Esposin, SRAGEN -- Suara gending gamelan Jawa ringkes mengiringi para pengunjung saat memasuki pintu gerbang ke Omah Gedang yang terletak di sebelah utara Subterminal Sangiran, Kalijambe, Sragen, Minggu (5/11/2023) sore. Di pendapa joglo itu sudah terhidang 110 jenis makanan tradisional khas 25 desa yang ada di Kawasan Sangiran yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen dan satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar.

Aneka makanan tradisional itu tersaji dan disediakan gratis untuk para pelari dan pengunjung Sangirun Night Trail 2023. Setiap tamu yang memasuki jalan di antara kebun pisang itu disambut warga yang mengenakan pakaian adat Jawa perdesaan yang ramah.

Advertisement

Nuansa lingkungan dibangun seperti perdesaan tempo dulu. Sejumlah atribut dan ornamen menggunakan peralatan khas perdesaan tempo dulu. Meja dan kursi yang digunakan merupakan hasil kerajinan dari sisa-sisa bambu petung dan kayu.

Para penyaji makanannya pun mengenakan pakaian kebaya khas warga desa. Mereka para ibu anggota PKK dari 22 desa yang ada di Kawasan Sangiran.

Ada makanan pembuka, seperti gula asem, ada menu utama. Ada pula makanan penutup seperti es dawet, aneka jajasan pasar, buah, dan seterusnya.

Para tamu VIP, seperti Bupati Sragen dan rombongan kepala organisasi perangkat daerah (OPD) hingga camat serta pejabat dari Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek turut mencicipi aneka makanan itu. Bahkan Wakil Ketua Komisi X DPR, Agustina Wilujeng Pramestuti, betah berlama-lama di pendapa itu.

Putri Humaira Akbar, bungsu Bupati Sragen, ikut mencicipi masakan tradisional itu. Siswi SMAN 3 Solo itu cukup familier dengan makanan Jawa.

Ia mencoba jadah bakar, es dawet, nasi goreng tiwul, es krim rujak, dan seterusnya.

“Iya, tadi mencoba beberapa makanan tradisional. Enak. Es rujaknya agak baru, rasanya gurih ada kecutnya, es krimnya dapet, terus pedasnya nyengat. Kebetulan aku suka pedas sih,” ujarnya saat berbincang dengan Esposin, Minggu petang.

Advertisement

Dari sekian banyak makanan tradisional itu, ada satu jenis makanan yang paling berkesan bagi putri Bupati itu, yakni nasi goreng tiwul.

“Bahannya bukan beras atau nasi tetapi benar-benar tiwul. Rasanya beneran kayak nasi goreng,” katanya.

Di antara seratusan masakan khas Jawa itu jadul itu ada satu jenis makanan yang paling jadul. Bahkan cara membuatnya diperagakan langsung dan memang masih kuno, yakni sagon gendeng. Nama gendeng itu karena cara memasaknya menggunakan gendeng atau genting.

Seorang warga asal Dukuh Bojong, Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Sarsi, 47, memperagakan teknik memasak sagon gulung gendeng itu.

Alatnya bukan wajan atau panci tetapi genting yang diletakkan di atas tungku bara api. Di bagian atasnya diolesi minyak kemudian digunakan untuk menggoreng bahan sagon.

Rasanya enak. Apalagi ada taburan buah nangkanya membikin rasanya manis bercampur gurih.

“Sagon gendeng ini merupakan makanan jadul yang diwariskan secara turun-temurun dari simbah-simbah. Biasanya sagon ini merupakan salah satu hidangan warga saat hajatan mantu atau ngunduh mantu. Zaman dulu tidak ada cetakan sehingga pakainya genting. Sejak adanya cetakan dari baja itu, maka model memasaknya tak pakai genting lagi. Orang-orang bilang rasanya lebih enak yang pakai genting,” kata dia.

Advertisement

Sebanyak 110 jenis masakan itu sebelum disajikan di Omah Gedang sudah melewati proses seleksi menu olah para praktisi kuliner yang profesional. Salah satunya Sumarno selaku praktisi kuliner dari Jakarta.

Lulusan perhotelan dan berpengalaman di Jakarta itu menjelaskan persiapannya sejak sebulan lalu. Untuk konsep kuliner tradisional ini, kata dia, dilakukan hanya dalam waktu dua pekan.

“Kami melibatkan 25 desa tetapi yang bisa lolos tes menu hanya 22 desa. Rata-rata setiap desa menyajikan empat jenis menu. Tes menunya dilakukan pada 12 Oktober 2023 lalu. Kemudian dibikin konsep tradisional food supaya kuliner Sangiran naik kelas. Menunya macam-macam ada makanan penutup, buah, jejamuan, es, dan menu utama. Memasaknya di masing-masing desa,” jelas Sumarno.

Setiap desa ada pendamping (semacam coach kuliner) untuk membimbing para ibu menyiapkan makanan itu. Dari sekian masakan itu, Sumarno memilih satu menu yang paling spesial dan menjadi ikon kuliner Sangiran, yakni rica-rica purba.

Dia menjelaskan modelnya seperti rica-rica pada umumnya tetapi lebih mengedepankan bumbu rempahnya sehingga lebih menguatkan rasa.

“Ini lain daripada yang lain. Di hotel tidak ada. Dagingnya pun khusus daging ayam kalkun. Pedasnya pas dan cocok untuk lidah penggemar kuliner Indonesia,” ujar dia.

Sumarno berharap kuliner Sangiran naik kelas ini ke depan bisa menjadi event tahunan. Kalau ada tamu rombongan 30-40 orang, kata dia, bisa pesan menu-menu ini sehingga bisa langsung pesan kepada pengelola Museum dan Cagar Budaya Sangiran.

Advertisement

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, menjelaskan 110 jenis makanan tradisional di kuliner Sangiran naik kelas itu sudah melewati kurasi yang ketat sehingga layak tampil dalam ekspo kuliner. Dia berharap kuliner khas Sangiran ini menjadi salah satu detinasi minat khusus.

“Semua masakannya layak disajikan dan layak dijual. Tagline yang diangkat naik kelas. Jadi yang naik kelas cita rasanya, tampilannya, dan seterusnya. Kemasan yang menarik itu menjadi daya tarik orang untuk mencicipi dan membelinya,” katanya.

Irini menerangkan bahannya sederhana. Dia belajar dari Borobudur dan Kota Gede Yogyakarta yang menyajikan makanan biasa-biasa saja tetapi dengan sentuhan pakar kuliner rasanya menjadi luar biasa. Hal itu seperti tiwul ketika disajikan dengan bumbu yang pas, kata dia, maka menjadi layak saji.

“Orang bisa pesan lewat media sosial untuk menu tradisional ini. Jadi kuliner Sangiran bisa go digital,” harapnya.

Berikut ini 110 jenis kuliner Sangiran yang naik kelas dalam Sangirun Night Trail 2023:

Minuman Pembuka

Wedang jejak.

Wedang waras.

Gula asem.

Jejamuan

Kunir asem.
Advertisement

Beras kencur.

Jenang

Jenang mutiara.

Jenang sumsum.

Jenang grendul.

Jenang ketan hitam.

Jenang kacang hijau.

Jenang pati singkong.

Jenang grendul ubi ungu.

Makanan Utama

Nasi goreng tiwul.
Advertisement

Krupuk tahu.

Kacang kreweng.

Garang asem.

Ilat buto.

Sego berkat.

Botok kutuk.

Mangut kutuk.

Advertisement

Tiwul manis.

Sego oblok-oblok.

Sego sambel pokak.

Sego jagung urap wader.

Gembroth sembukan.

Oseng -oseng kates.

Lele bumbu kemangi.

Pecel gendar.

Mie mawut.

Pecel puli.

Bonggol gedang.

Tumpang nggoda rasa.

Botok urang.

Botok sinom wader/gereh ireng.

Telur asin.

Abon.

Gembroth ijo royo-royo.

Nasi bakar bambu.

Jangan gori pepakan.

Lodeh kluweh pepakan.

Nasi bancakan bonggol pisang.

Soto balung gajah.

Bongko.

Rica ayam purba.

Aneka Jajanan Pasar

Ketan hitam.

Getuk lindri.

Grontol.

Kacang godok.

Cenil.

Klepon.

Lepet jagung.

Ager.

Jagung godog.

Tape.

Sawut.

Sagon.

Bugis.

Getuk singkong tradisonal.

Sentiling tusuk.

Apem contong.

Jadah tiwul.

Rondo gulung.

Jadah blondo.

Cotot.

Sagon gulung gendeng.

Getuk entik.

Utri.

Rangin.

Telo ungu sengkulun.

Klenyem.

Cemplon.

Mata sapi.

Klego pisang raja.

Bolu singkong.

Tempe goreng.

Perkedel pohong.

Wajik kletik.

Makanan Penutup

Es gosrok.

Es cetok.

Es dawet.

Es puter.

Cokotan tebu.

Rujak.

Buah

Mangga.

Duwet.

Jeruk.

Nangka.

Pepaya.

Talok.

Nanas.

Semangka.

Ceplukan.

Jeruk bali.

Oleh-oleh

Sambel pecel.

Sindap buto.

Lempeng.

Kipas buto.

Ledre.

Kembang goyang.

Peyek kacang ijo.

Balung ketek.

Peyek cabai.

Peyek kacang.

Sambel pecel.

Keripik daun singkong.

Keripik daun bayam.

Keripik daun kemangi.

Peyek kacang ijo dan kacang.

Peyek keripik tempe.

Advertisement
Ponco Suseno - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif