by Aris Munandar - Espos.id Solopos - Rabu, 14 Oktober 2020 - 14:11 WIB
Esposin,WONOGIRI -- Kabupaten Wonogiri kini mempunyai rumah edukasi kopi yang bertempat di Desa Conto, Kecamatan Bulukerto. Rumah edukasi itu diresmikan pada Selasa (13/10).
Rumah Edukasi Kopi itu dibangun melalui dana corporate social responsibility (CSR) PLN Peduli. Dana yang dihabiskan untuk membangun rumah edukasi tersebut sebesar Rp40 juta. Dalam peresmian, Manager UP3 PLN Sukoharjo, La Ode Lawati, telah menyerahkan bangunan tersebut kepada Kepala Desa Conto, Budi Cahyono.
Rumah edukasi kopi dapat dimanfaatkan para petani kopi Desa Conto untuk mempermudah proses pengolahan kopi.
Ini Strategi Pemkab Wonogiri Hindarkan Kerumunan dalam Penyaluran Bansos
Sebagai informasi, Desa Conto merupakan salah satu penghasil kopi jenis arabika terbaik di Wonogiri. Selain itu, di desa tersebut juga mempunyai lahan kopi yang cukup luas. Selain itu, ada nilai sejarah tersendiri di desa tersebut yang terkait dengan kopi.La Ode mengatakan selain sebagai wahana untuk memberi edukasi mengenai kopi, bangunan itu juga dapat digunakan petani setempat dalam memproses biji kopi. "Semoga dapat memberi manfaat dalam proses pengolahan kopi dan bisa menggerakkan roda perekonomian Desa Conto. Sehingga kopi Wonogiri, khususnya dari Conto bisa lebih dikenal masyarakat luas," kata dia saat dihubungi Esposin, Selasa.
Kepala Desa Conto, Rudi Cahyono, mengatakan, dari dulu desanya merupakan penghasil kopi di Wonogiri. Bahkan budi daya kopi itu telah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda.
Waduh, Tim Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Wonogiri Ternyata Sering Dicurigai
"Dengan adanya sejarah itu, kami ingin mengembalikan identitas Desa Conto sebagai produsen kopi dengan merintis desa wisata kopi. Istilahnya mengembalikan kejayaan kopi pada masa lalu," kata dia."Sudah cukup banyak orang yang mengunjungi Desa Conto untuk belajar tentang kopi. Dengan ada tambahan fasilitas itu, maka belajar kopi akan lebih mudah dan detail. Karena bangunan itu dilengkapi dengan mesin pengupas kopi dan fasilitas pengeringan kopi," kata dia saat dihubungi Esposin, Rabu (14/10).
Proses pelatihan berlangsung selama empat hari di rumah Sular, seorang petani kopi di Desa Conto yang mempunyai lahan kopi yang cukup luas.
Salah satu pemateri pelatihan mengatakan dinas atau instansi terkait sebaiknya mendorong para petani memperoleh sertifikat organik. Karena sertifikat itu diperlukan untuk mengangkat brand kopi Indonesia. Produk-produk organik sangat dihargai di dunia internasional.