by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Rabu, 9 Desember 2020 - 20:41 WIB
Esposin, SRAGEN — Dari pengitungan suara Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Sragen hingga Rabu (9/12/2020) pukul 17.00 WIB Yuni-Suroto mendapat 538.116 suara atau 80,20%. Sementara kotak kosong di Pilkada Sragen mendapatkan 106.600 suara atau 19,80%.
Pilkada Sragen: Kotak Kosong Menang di 8 TPS di Mojokerto
Yuni-Suroto unggul mutlak di banyak TPS. Meski begitu ada sejumlah tempat yang justru menunjukkan sebaliknya. Seperti di TPS 16 Mojomulyo, Sragen Kulon, Sragen Kota
Di tempat pemungutan suara Wakil Bupati (Wabup) Sragen Dedy Endriyatno ini kotak kosong unggul tipis. Ketua RT 002/RW 011 Mojomulyo, Fakhrudin Wibowo, menyampaikan hasil penghitungan suara di TPS 16 itu untuk kotak kosong sebanyak 161 suara dan pasangan Yuni-Suroto sebanyak 145 suara.
Artinya, perolehan kotak kosong unggul di angka 52,61% dan Yuni-Suroto mendapat 47,39%. “Saya tidak paham kok bisa menang kolom kosong. Kalau gerakan sama sekali tidak ada. Mungkin warga jenuh,” kata Fakhrudin.
Quick Count Diskominfo Sragen: Yuni-Suroto Unggul 80,20%, Kotak kosong 19,80%
“Hal ini juga menjadi peringatan bagi partai politik bahwa pemilu tidak semata-mata hanya lewat jalur parpol tetapi ada potensi darijalur independen dan kolom kosong itu sebagai bentuk aspirasi masyarakat. Pergerakan pendukung kolom kosong itu ada dan nyata di Sragen, sehingga kedaulatan rakyat itu tertinggi dalam demokrasi. Pemilihan kolom kosong itu juga bisa menunjukkan kekecewaan rakyat atas gagalnya parpol menyuguhkan calon alternatif,” ujarnya.
Waktu Coblosan Habis, Pasien Covid-19 dan Petugas KPU Bersitegang di Technopark Sragen
Agus juga melihat aspek kesempatan Yuni sebagai petahana lebih banyak bertemu dengan publik sehingga bisa menyentuh sampai ke bawah.
“Selain itu, saya lihat faktor PDIP juga berpengaruh. PDIP pasti bekerja keras dan dibantu dengan partai-partai lainnya. Nah, sebaliknya, kolom kosong kenapa minim karena massanya tidak terorganisasi dan tidak ada kepemimpinan. Isu yang dijual para pendukung kolom kosong ini juga tidak jelas sehingga tidak menarik bagi publik. Belum lagi modal sosial politik juga dibutuhkan dalam mempengaruhi pemilih,” jelasnya.