by Nadia Lutfiana Mawarni - Espos.id Solopos - Sabtu, 8 Februari 2020 - 07:00 WIB
Esposin, BOYOLALI - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Boyolali meningkat lebih dari tiga kali lipat sepanjang 2019 lalu. Total ada 443 kasus tersebar merata di 22 Kecamatan di Boyolali, satu orang di antaranya meninggal dunia. Padahal, pada 2018 lalu cuma ada 130 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Ratri S. Survivaalina, mengatakan tren kenaikan kasus DBD sebenarnya terjadi merata di berbagai daerah di Jawa Tengah. Kondis lingkungan dan perilaku manusia menjadi penyebab utama penularan virus ini.
“Yang paling utama justru karena masyarakat tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk [PSN] secara rutin minimal seminggu sekali,” ujar Lina ketika ditemui Esposin di kantornya, Jumat (7/2/2020).
Selain itu, perilaku manusia seperti berolahraga teratur dan makan makanan sehat juga berpengaruh pembentukan sistem imun sehingga tidak mudah terjangkit DBD. Oleh sebab itu anak-anak lebih rentan terkena penyakit DBD ketimbang orang dewasa.
“Lingkungan berpengaruh sekitar 40%, dalam kejadian suatu penyakit, kemudian perilaku manusia 30%, sisanya fasilitas kesehatan dan genetika,” imbuh dia.
Dalam pencegahan DBD masyarakat ditekankan untuk melakukan PSN dengan gerakan 3M plus, meliputi menguras tempat-tempat yang sering digunakan sebagai penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Pasalnya fogging sejauh ini hanya berfungsi untuk membunuh nyamuk dewasa. Padahal nyamuk Aedes aegypti dewasa hanya memiliki kemungkinan hidup sekitar dua hari. “Jadi yang seharusnya paling penting dicegah adalah munculnya nyamuk dewasa dari larva atau pupa nyamuk yang perkembangannya sekitar 5-7 hari dengan PSN,” terangnya.