by Chelin Indra Sushmita - Espos.id Solopos - Senin, 22 Februari 2021 - 15:21 WIB
Esposin, WONOGIRI – Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, termasuk salah satu sentra pengolahan tepung porang di Indonesia bersama dengan wilayah Madiun (Jawa Timur) dan Bandung (Jawa Barat).
Tepung porang hasil produksi Kecamatan Karangtengah, Wonogiri, bahkan menjadi salah satu komoditas ekspor yang dijual ke pasar Jepang, Hongkong, dan Korea. Sayangnya, bahan baku masih sangat minim, padahal produk olahan tepung porang ini memiliki pasar ekspor yang luas.
Dikutip dari laman Pertanian.go.id, Senin (22/2/2021), Badan Karantina Pertanian menyebut ekspor porang pada 2018 tercatat sebanyak 254 ton dengan nilai mencapai Rp11,31 miliar. Tepung porang biasanya diekspor ke Vietnam, Jepang, China, Australia, dan Korea.
Baca juga: Mantul! Tepung Porang Wonogiri Pernah Tembus Pasar Ekspor
Pengolahan tepung dari umbi ini pun cukup mudah. Umbi porang yang berbentuk mirip suweg itu diiris tipis kemudian dikeringkan dan ditumbuk.
Bahan baku tepung porang itu kebanyakan masih diperoleh dari hutan yang beracun. Tetapi dengan pengolahan yang tepat umbi tersebut bisa dijadikan aneka bahan pangan.
Dihimpun Esposin dari berbagai sumber, Senin (22/2/2021), dari berbagai sumber, porang adalah tanaman umbi-umbian dengan nama latin Amorphophallus muelleri. Masyarakat Jawa biasa mengenal tanaman ini dengan nama iles-iles.
Baca juga: Dicap Pelakor, Nissa Sabyan Santai
Tanaman porang biasanya diolah menjadi tepung sebagai bahan baku industri kosmetik, lem, maupun campuran makanan. Umbi porang mengandung glucomannan berbentuk tepung yang merupakan serat alami mudah larut dalam air. Serat ini biasa dipakai sebagai aditif makanan berupa pengembang dan pengental, pembuatan lem ramah lingkungan, hingga komponen pesawat terbang.
Dikutip dari situs Kementerian Pertanian, Minggu (221/2/2021), tanaman porang memiliki keunggulan, yakni bisa beradaptasi pada semua jenis tanah dengan ketinggian antara 0-700 mdpl. Tanaman ini mampu bertahan di wilayah kering meski minim perawatan. Bahkan, tanaman ini bisa ditanam dengan sistem tumpang sari dengan toleransi naungan 60%.
Bibit porang juga mudah didapat, yakni potongan umbi batang maupun umbi yang sudah memiliki titik tumbuh. Meski begitu, masa panennya cukup lama karena umbi yang baik dihasilkan dalam waktu lebih dari satu tahun.
Baca juga: Ngeri! Ini Deretan Makhluk Penghuni Luweng dan Gua Karst