by Ivan Andimuhtarom Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Jumat, 23 November 2012 - 21:08 WIB
SUKOHARJO - Jembatan sesek sebagai jembatan darurat pengganti Kretek Abang yang menghubungkan Desa Bolali, Kecamatan Wonosari, Klaten dan Desa Blimbing, Kecamatan Gatak, Sukoharjo roboh setelah diterjang sampah-sampah yang terbawa aliran air Sungai Brambang, Kamis (22/11/2012) malam. Para penyeberang terpaksa melalui rute lain untuk menyeberang.
Warga RT 001/RW 008, Dukuh Klopogading, Desa Blimbing, Supirman, 72, ketika ditemui Esposin di dekat jembatan sesek itu, Jumat (23/11/2012) pagi, mengatakan dirinya menyaksikan jembatan mulai roboh Kamis sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu, kata dia, warga berbondong-bondong melihat aliran air Sungai Brambang yang lebih deras dari biasanya. Ia menilai, robohnya jembatan terjadi karena terjangan sampah-sampah yang terbawa oleh air yang mengenai tiang penyangga jembatan. “Menurut saya, aliran air tidak terlalu deras. Mungkin karena ini hujan deras yang pertama, jadi sampah-sampah berupa bambu dan dedaunan dari Klaten ikut arus air sampai ke sini,” kata dia.
Narto Suwarno, 80, tetangga Supirman yang berada di lokasi jembatan sesek, menceritakan kepada Esposin, jembatan sesek benar-benar putus Kamis malam sekitar pukul 20.00 WIB. Namun, saat itu, ia tidak menyaksikan secara langsung karena kondisi hujan. “Jumlah kendaraan yang menyeberang lebih banyak dari Klaten ke Sukoharjo dari pada sebaliknya. Sementara ini, kebanyakan pengendara lewat sebelah selatan Pasar Gawok,” ujarnya.
Pengamatan Esposin Jumat pagi, beberapa pengendara sepeda motor banyak yang kecele karena mengira jembatan masih bisa digunakan. Mereka akhirnya berbalik arah dan mencari rute lain. Jimin, 60, mekanik ekskavator dalam proyek pembangunan Kretek Abang, mengatakan Kamis sore ia segera memindahkan salah satu unit ekskavator yang berada di sisi selatan karena air dengan cepat naik dan mengenai bagian bawah alat berat itu.
“Saya khawatir kalau terguling. Untung saja segera bisa dipindahkan. Padahal, sebelumnya kami baru saja membongkar mesinnya karena terdapat sedikit masalah. Salah satu unit mesin las listrik juga tenggelam, tapi tadi sudah dicari para pekerja,” ungkapnya.
Sementara itu, mandor proyek dari PT Karya Bisa Solo Baru, Ngatman, 60, ketika ditemui di lokasi proyek, mengatakan pengerjaan pemasangan tulang baja tetap berlangsung. Derasnya aliran air, imbuh dia, sama sekali tidak mengganggu pekerjaan yang mereka lakukan. “Dari sembilan section, kami sudah memasang lima section tulang baja. Pemasangan tak terpengaruh air sungai karena kami punya alat khusus,” tandas dia.