Langganan

Inspiratif, Pasangan Lansia Boyolali Kompak Budidayakan Jambu Madu Deli

by Nimatul Faizah  - Espos.id Solopos  -  Senin, 23 September 2024 - 11:12 WIB

ESPOS.ID - Pasangan Isyamto dan Surati memanen jambu di kebun jambu madu hijau milik mereka di Dukuh Karangkulon, Desa Cangkringan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Minggu (22/9/2024). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Esposin, BOYOLALI–Pasangan lanjut usia (lansia) di Boyolali, Isyamto dan Surati, memiliki cara untuk mengisi hari-hari tuanya setelah pensiun dengan membudidayakan jambu air madu deli.

Jambu madu deli dikenal memiliki ukuran yang lebih besar, dan sudah manis walaupun warnanya masih hijau.

Advertisement

Esposin datang ke kebun milik pasangan lansia tersebut pada Minggu (22/9/2024) sore di Dukuh Karangkulon, Desa Cangkringan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

Letaknya tak jauh dari jalan Solo-Semarang, dari arah timur atau Solo, tepat sebelum Bangjo Ngangkruk terdapat gang masuk ke kiri. Lalu sekitar 100 meter di kiri jalan terdapat papan nama Jambu Madu Hijau.

Advertisement

Letaknya tak jauh dari jalan Solo-Semarang, dari arah timur atau Solo, tepat sebelum Bangjo Ngangkruk terdapat gang masuk ke kiri. Lalu sekitar 100 meter di kiri jalan terdapat papan nama Jambu Madu Hijau.

Saat tiba, keduanya sedang melayani pembeli yang datang ke kebun mereka. Isyamto dan istrinya bekerja sama mengambil jambu air langsung dari pohon yang tingginya hanya sekitar dua meter.

Surati membawa wadah dan Isyamto memotong jambu air yang ada di pohon. Tak lama kemudian, mereka menimbangnya dan memberikan kepada pelanggan.

Advertisement

Isyamto menyebut produknya yaitu jambu madu hijau (jamahi) Cangkringan. Ia mengatakan jamahi Cangkringan telah ia budi dayakan sejak lima tahun yang lalu saat usianya 60 tahun.

“Saya kembangkan ini karena jamahi ini manisnya tidak ada tandingan walau warnanya hijau. Walaupun hujan deras pun juga manis,” kata dia saat berbincang dengan Esposin.

Ia mengatakan saat itu ia masih belum pensiun sebagai Kaur Umum dan Perencanaan Desa Cangkringan. Namun, ia mempersiapkan diri untuk hari-hari pensiun dengan menjadi petani jambu madu deli. Isyamto akhirnya pensiun pada 2024 ini di usianya yang 65 tahun.

Advertisement

Ilmu menanam jamahi ia dapat dari seorang rekannya yang bekerja sebagai wartawan di majalah pertanian. Ia lalu mempraktikkannya di ladang yang ia kelola.

“Kalau panen bisa hampir tiap hari, tergantung ada pembeli atau tidak. Bisa enggak dipanen, bisa satu kilogram, bisa lima kilogram, bahkan pernah 10 kilogram, bisa lebih. Rata-rata 10 kilogram,” jelasnya.

Pembeli jambu madu deli di tempat Isyamto tak hanya orang lokal Boyolali, tapi Soloraya. Bahkan, jambunya pernah dibawa hingga Cina. Beberapa orang yang membeli jambu, kata dia, biasanya digunakan untuk mengobati penyakit maag dan untuk diet.

Advertisement

Harga jambu madu hijau di kebunnya ia banderol dengan harga Rp30.000/kilogram. Namun, ia menjamin rasanya manis. Bahkan, dia memberikan kesempatan untuk pelanggan menukar jika tidak manis.

Isyamto juga tak segan memberikan bonus buah kepada pelanggan. Menurutnya, yang ia cari tak hanya semata uang tapi persaudaraan dan kesenangan. Ia dan istrinya hanya ingin mengisi hari-hari tua.

“Kalau di rumah terus malah takut sakit, daripada di rumah, diam saja, malah sakit. Kalau di sini kan senang, banyak yang main, banyak teman, pokoknya ini tidak hanya bisnis saja,” kata dia.

Sementara itu, Surati bercerita ia pensiun dari guru saat 2021. Aktivitasnya seusai pensiun yaitu bertani membantu sang suami juga bersilaturahmi dengan kawan-kawan sesama pensiunan.

Ia menjelaskan ikut bertani suami karena ingin mendampingi Isyamto di masa apapun. Menurutnya, bertani bersama suami juga membuat hati damai.

Saat bertani di kebun Jamahi Cangkringan, ia biasanya bertugas untuk melakukan pruning bunga jambu. Menurutnya, kalau tanaman yang kebanyakan bunga menyebabkan kualitas buah tidak bagus. Ia juga terkadang bertugas mewadahi buah yang siap panen ke plastik untuk diberikan kepada pembeli.

“Keuntungan per bulan tidak pernah kami hitung, yang penting uangnya cukup dan kami tetap produktif. Walau sudah tua juga masih bisa membelikan jajan cucu juga,” kata perempuan 63 tahun tersebut.

Sementara itu, pembeli yang hadir di lokasi asal Dukuh Karangasem, Desa/Kecamatan Banyudono, Tatang, mengetahui telah berlangganan sekitar empat tahun yang lalu.

Ia yang pulang-pergi bekerja lewat depan kebun Isyamto mengaku awalnya hanya penasaran dengan jambu madu hijau karena setiap hari melihat ada kebun di sana. Candra mengatakan ia juga mempromosikan jambu madu hijau atau jamahi ke teman-temannya.

“Terus saya coba-coba, kok ternyata renyah, manis sekali, tidak sepet, bahkan warnanya masih hijau tapi enak. Lalu langganan sampai sekarang,” kata dia.


Advertisement
Rohmah Ermawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif