by Muhammad Diky Praditia - Espos.id Solopos - Kamis, 7 Maret 2024 - 20:11 WIB
Esposin, WONOGIRI -- Dari 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri, hanya tiga kecamatan yang dinyatakan berstatus bebas kasus demam berdarah dengue atau DBD. Status tersebut karena minimal selama tiga tahun berturut-turut tidak pernah ada kasus DBD di tiga kecamatan tersebut.
Tiga kecamatan tersebut yakni Batuwarno, Paranggupito, dan Puhpelem. Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri menyebut tiga kecamatan itu bebas DBD karena rajin dan rutin melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk atau PNS.
“Tiga kecamatan yang bebas DBD itu rutin menjalankan program PSN. Ini mengapa saya bilang PSN itu cara paling optimal untuk pencegahan penyakit DBD,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, Satyawati, saat diwawancarai Esposin, Kamis (7/3/2024).
Satyawati menjelaskan gerakan PSN ini antara lain meminimalkan genangan atau tampungan air di sekitar rumah. Terkadang orang tidak sadar di sekitar rumah mereka banyak genangan air misalnya yang terdapat di ban bekas, kaleng, tempat makan/minum hewan peliharaan, tong sampang, dan lainnya.
Satyawati menjelaskan gerakan PSN ini antara lain meminimalkan genangan atau tampungan air di sekitar rumah. Terkadang orang tidak sadar di sekitar rumah mereka banyak genangan air misalnya yang terdapat di ban bekas, kaleng, tempat makan/minum hewan peliharaan, tong sampang, dan lainnya.
Genangan air itu kerap menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk Aedes aegyti penyebab demam berdarah. “Kebersihan lingkungan menjadi kunci pencegahan penyakit ini,” ungkapnya.
Dia menambahkan beberapa gejala DBD adalah demam tinggi selama dua-tujuh hari, muncul bintik-bintik merah di kulit, dan nyeri di ulu hati. Selain itu, bila sudah parah, penderita bisa mengalami gelisah, napas cepat, dan kaki dingin serta berkeringat.
Namun, jika dibandingkan data kasus DBD pada 2022 yang sebanyak 109 kasus dan tiga di antaranya meninggal dunia, jumlah kasus pada 2024 masih cukup jauh. Menurut Satyawati, sebenarnya orang yang terkena virus dengue tidak selalu berstatus penderita demam berdarah dengue (DBD).
Dia menjelaskan orang yang demam selama lima hari karena virus dengue hanya dikategorikan demam dengue. Mereka yang demam karena virus yang sama selama tujuh hari atau lebih disertai manifestasi perdarahan, baru bisa disebut DBD.
Satyawati menyebutkan ada beberapa faktor penyebab orang mengalami DBD antara lain daya tahan tubuh terhadap virus lemah. Selain itu serotipe atau varian virus yang menjangkit orang tersebut tergolong berat.
Ada empat serotipe virus yang dikenal saat itu, meliput DEN-1, DEN-2. DEN-3. Dan DEN-4. Varian D-3 sangat berkaitan erat dengan kasus DBD berat sekaligus yang paling luas distribusinya.
“Vektor [hewan pembawa virus] penyakit ini kan nyamuk, maka cara paling efektif untuk mencegah penularan yaitu dengan PSN. Itu cara paling sederhana, mudah, murah, dan sudah terbukti paling efektif untuk pencegahan,” tegas Satyawati.
Dia melanjutkan, ada sembilan kecamatan di Wonogiri yang berstatus endemis DBD. Wilayah itu berstatus endemis karena selalu ditemukan kasus DBD selama tiga terakhir tahun berturut-turut.
Data Kasus DBD dari Tahun ke Tahun
Data Kecamatan Endemis DBD di Wonogiri:
Data Kecamatan Sporadis DBD di Wonogiri:
Kecamatan Potensial DBD di Wonogiri:
Kecamatan bebas DBD di Wonogiri
”Jumat [8/3/2024], kami akan menggelar apel gebrak PSN di kelurahan Giriwono. Ini menandai gerakan PSN kami genjot lagi di seluruh wilayah Wonogiri,” kata Setyarini.