by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Senin, 5 Februari 2024 - 14:34 WIB
Esposin, SRAGEN -- Seusai mengikuti debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di Jakarta Minggu (4/2/2024), cawapres Abdul Muhaimin Iskandar langsung kampanye di Sragen, Senin (5/2/2024). Pria yang akrab disapa Cak Imin itu menemui massa gabungan dari Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan elemen umat Islam lainnya di Gedung IPHI Nglorog.
Kampanye tersebut dihadiri ribuan orang dari berbagai relawan pendukung Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar (Anies-Muhaimin). Para pelajar SMA/SMK yang memiliki hak pilih juga turut hadir dalam kampanye yang dikemas dalam istighosah kubro, doa dan zikir untuk kemenangan dan perubahan Indonesia yang adil, makmur untuk semua.
Perwakilan partai politik (parpol) pengusung Anies-Muhaimin juga turut hadir, seperti dari Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Ummat, dan Partai Masyumi.
Kampanye tersebut diawali dengan doa bersama. Para warga melaksanakan istighasah dengan duduk lesehan memenuhi dalam hingga teras gedung. Mengawali orasi politiknya, Cak Imin mengajak setiap elemen pendukungnya untuk berfoto bersama.
"NU-Muhammadiyah bersatu tak bisa dikalahkan. Semoha semua sehat," ujar Cak Imin dalam pidato awalnya.
Ketum PKB ini mengatakan dalam Muktamar PKB di Bali, ia mendapat amanat untuk maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Perintah itu ia jalankan hingga akhirnya menemukan kader terbaik bangsa, yakni Anies Baswedan. "Dalam mengambil keputusan itu, saya didampingi sejumlah kiai khos dan Koalisi Perubahan disambut dengan baik. Saya sudah keliling ke seluruh Indonesia dan Indonesia butuh perubahan," ujarnya.
Dia mengatakan selama 10 tahun terakhir petani tidak untung karena tidak dapat hak atas pupuk dan tenaga petani tidak dihitung sebagai modal. Dia juga melihat banyak pengangguran di mana-mana dan masyarakat tidak sejahtera.
"Pembangunan telah dibiarkan tanpa evaluasi. Petani dibiarkan menderita dan nelayan meronta-ronta. Ini 10 tahun pembiaran sehingga harus ada perubahan dalam cara pandang dan cara pembangunan," jelasnya.
Dia menyatakan perubahan itu harus kembali pada dasar konstitusi, yakni cita-cita negeri yang disusun berdasarkan etika. Asalkan pemimpin punya etika, kata dia, maka konstitusi dan pembangunan berjalan baik. Pembangunan yang benar tidak dinikmati segelintir orang, tetapi dinikmati seluruh rakyat Indonesia.