Langganan

Gunung Lawu Terbakar, Tanaman Perkebunan Warga Jenawi Karanganyar Terancam Mati - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Indah Septiyaning Wardani  - Espos.id Solopos  -  Kamis, 5 Oktober 2023 - 13:33 WIB

ESPOS.ID - Tanaman luncang warga di Dusun Cetho, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar tidak lagidisiram air karena pipa saluran ke sumber mata air rusak. Foto diambik Kamis (5/10/2023). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Esposin, KARANGANYAR -- Tanaman perkebunan warga di wilayah Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, terancam mati hingga gagal panen akibat rusaknya pipa air akibat kebakaran lahan dan hutan di Gunung Lawu. Wilayah terdampak ini berada di kawasan lereng Gunung Lawu tepatnya di Desa Anggrasmanis dan Desa Gumeng.

Warga di dua desa tersebut saat ini mulai merasakan kekurangan air karena pipa yang mengalirkan air dari Sendang Macan Pos 4 Jalur Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho Kecamatan Jenawi meleleh.

Advertisement

Warga Dusun Cetho, Desa Gumeng yang juga tokoh agama setempat, Heri Supardi, 48, menyampaikan debit air menurun drastis sejak tiga hari terakhir. Air yang digunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari dan aktivitas pertanian selama ini berasal dari sumber Sendang Macan.

Warga memasang pipa dari Sendang Macan hingga ke rumah-rumah. Namun kebakaran lahan dan hutan menyebabkan kondisi pipa rusak sehingga berpengaruh terhadap debit air yang mengalir.

Advertisement

Warga memasang pipa dari Sendang Macan hingga ke rumah-rumah. Namun kebakaran lahan dan hutan menyebabkan kondisi pipa rusak sehingga berpengaruh terhadap debit air yang mengalir.

"Debit air berkurang dikarenakan pipa air bocor dampak kebakaran Gunung Lawu," kata dia ketika dijumpai Esposin di rumahnya pada Kamis (5/10/2023).

Saat ini, penggunaan air hanya untuk kebutuhan dasar sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan memasak. Sedangkan untuk pertanian sementara ini dihentikan karena debit air yang terbatas.

Advertisement

"Mayoritas warga di Dusun Cetho merupakan petani. Jadi akan banyak yang terancam gagal panen," katanya.

Dia berharap pipa yang rusak dapat diperbaiki. Kebakaran yang terjadi menjadi pukulan bagi warga sekitar. Pasalnya sejak enam bulan lalu, warga di Jenawi sudah berupaya menjaga kawasan hutan Gunung Lawu bebas asap.

"Kami di sini berjuang menjaga Lawu tetap hijau. Kami berharap nantinya yang berada di sekitar Gunung Lawu juga ikut melindungi Lawu supaya tidak terjadi kebakaran lagi," harap Heri.

Advertisement

Kades Gumeng, Suryanto, masih menunggu laporan kerusakan pipa air warga Dusun Cetho. Sebanyak 136 keluarga Dusun Cetho bergantung pada air dari Sendang Macan yang mengalir melalui pipa yang rusak tersebut.

"Sampai sekarang belum ada laporan. Tapi kita akan cek lagi setelah kebakaran mereda. Sebab lokasi pipa-pipa di atas tebing. Sedangkan tebingnya saja terbakar. Menunggu situasi memungkinkan," katanya.

Warga Keluhkan Abu Lawu

Pihaknya siap mengajukan bantuan pemasangan pipa yang rusak ke Pemkab apabila dibutuhkan. Situasi sekarang warga mulai mengeluhkan abu kebakaran hutan Lawu yang mengganggu pernapasan warganya.

"Abunya di mana mana. Sampai menjangkau luar desa kami," katanya.

Advertisement

Kades Anggrasmanis, Agus Warsito, mengatakan di antaranya pipa yang rusak itu ada yang milik warga Dusun Babar. Di dusun itu ada sekitar 300 keluarga yang bergantung suplai air Sendang Macan.

Dia menyambut baik rencana Bupati Karanganyar, Juliyatmono, yang siap memperbaiki jaringan pipa yang rusak tersebutdi masa tanggap darurat kebakaran hutan lindung Gunung Lawu. "Pagi ini ada beberapa warga naik menyisir jaringan pipa-pipa. Mereka akan mencatat kerusakannya seberapa banyak," kata Agus.

Kerusakan pipa terjadi sejak Selasa (3/10/2023) dan memutus aliran air ke sratusan jiwa dari 50 keluarga di Dusun Babar. Sulitnya medan dan cepatnya api menyebar menyulitkan upaya menyelamatkan pipa dari kebakaran.

Suplai air dari mata air di Gunung Lawu selain untuk konsumsi harian juga untuk mengairi ladang. Di musim kemarau, aliran airnya sangat diandalkan.

"Sebenarnya ada mata air di bawah permukiman. Namun susah mengambilnya, harus mengangsu. Juga ada mata air Sendang Kethek di atas. Sama juga harus mengangsu. Untuk sementara rumah yang alirannya mengecil meminta tetangga yang pipanya utuh," katanya.

Advertisement
Kaled Hasby Ashshidiqy - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif