Esposin, SOLO - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar Grebeg Mulud Tahun JE 1958 atau 2024 guna memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW di Kori Kamandungan Keraton Solo pada Senin (16/9/2024) siang.
Pantauan Solopos, persiapan Grebeg Mulud mulai sekitar 08.00 WIB. Tampak ratusan pengunjung yang terdiri dari masyarakat, abdi dalem, serta kerabat Keraton Solo telah memenuhi pelataran Sasana Handrawina.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Sebagian besar mereka mengenakan pakaian adat Jawa berupa beskap berwarna hitam lengkap dengan blangkon dan keris bagi laki-laki, sementara bagi perempuan mengenakan kebaya berwarna hitam.
Grebeg dimeriahkan dengan parade prajurit setia Keraton Solo atau Bregada, mulai dari Bregada Musik, Tamtama, Prawira Anom, Jayeng Astra, Sarageni, Jayasura, serta Darapati. Karena itu pula, suasana siang itu tampak penuh warna.
Tak hanya itu, tampak pula empat gunungan yang digelar berpasangan dua laki-laki dan dua perempuan, serta kotak camtoko.
Parade mulai bergerak ke luar dari pelataran Sasana Handrawina sekitar pukul 11.00 WIB menuju Kori Kamandungan dan dilanjutkan ke pelataran Masjid Agung Keraton Solo. Sepasang gunungan dalam waktu singkat ludes diperebutkan ribuan warga yang telah menunggu di sana.
Sementara sepasang gunungan lainnya dibawa kembali ke Kori Kamandungan dengan nasib yang tak berbeda dari gunungan di pelataran Masjid Agung. Langsung ludes begitu tiba, dan tanpa sempat didoakan terlebih dahulu oleh pihak Keraton Solo.
Warga tampak begitu antusias untuk saling rebut isi gunungan itu. Terik panas bukan halangan bagi mereka. Begitu pun teriakan imbauan pembawa gunungan agar jangan direbut terlebih dahulu sebelum didoakan.
“Sabar. Mundur dulu,” teriak salah satu pembawa gunungan yang akan tetapi karena keramaian serta antusias warga yang sedari pagi menunggu di pelataran Kori Kamandungan menjadi tidak memiliki arti. Kontan, gunungan begitu sampai di tengah pelataran langsung ludes dalam waktu singkat.
Para warga yang telah menunggu sedari pagi itu bukan hanya warga Solo, namun banyak dari luar Solo, salah satunya warga Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, Suryani, 47. Dalam perebutan gunungan itu, ia mendapat beberapa roti, intip, dan beberapa hasil bumi.
“Belum tahu nanti untuk apa ini,” kata dia saat berbincang dengan Solopos, di lokasi, Senin (16/9/2024) siang.
Suryani juga mengaku bahwa tiap tahun ia menghadiri acara itu. Tujuannya, kata dia, tidak lain untuk ngalap berkah sekaligus nguri-uri adat Jawa yang telah ada sejak ratusan tahun itu.
“Sampai sini sudah dari pagi tadi, sekitar pukul 09.00 WIB,” pungkasnya.
Hal yang sama disampaikan oleh kakak beradik asal Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Supiyati, 57, dan Sumarni, 63, yang sedari pukul 07.00 WIB berangkat dari rumahnya untuk menghadiri Grebeg Mulud siang itu.
Kakak beradik itu turut ikut berebut gunungan di Kori Kamandungan dan mendapat beberapa hasil bumi seperti kacang panjang, kentang, dan sebagainya. Kata dia, hasil bumi itu tidak akan dimasak olehnya akan tetapi dijadikan kenang-kenangan yang disimpan di rumah.
“Ngalap berkah ndalem. Ini [hasil bumi] enggak disimpan saja untuk kenang-kenangan,” pungkasnya.
PB XIII Sebar Udik-Udik
Grebeg Mulud menjadi tambah meriah ketika PB XIII beserta keluarga turut hadir di pelataran Kori Kamandungan. Mereka menyapa warga yang sedari pagi menunggu acara itu digelar.
Tak hanya itu, PB XIII bahkan turut langsung berbagi udik-udik berupa koin dan beras dengan cara disebar. Begitu pun dengan keluarga yang lainnya yang turut membersamai.
Sontak warga berebut udik-udik. Baik yang berada di luar pagar pelataran maupun yang di dalam pagar. Tampak semua berebut untuk mendapatkannya sesuatu yang disebar dari tangan PB XIII dan keluarganya siang itu.
Kepada Solopos, salah satu putri PB XIII, GKR Timoer menyampaikan bahwa Grebeg Mulud adalah satu agenda spesial yang digelar Keraton Solo secara turun temurun.
“Grebeg Mulud yang bagian dari rangkaian Sekaten sendiri sebenarnya upaya syiar Islam yang dilakukan oleh Sultan Agung, dahulu,” kata GKR Timoer saat diwawancarai Solopos di lokasi (16/9/2024) siang.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa dengan awal Sekaten dan Grebeg Mulud ini pada masa awal dahulu ditandai dengan tabuhan gong.
“Harapannya dengan tabuhan itu masyarakat penasaran dan tertarik. Tapi sebelum penabuhan itu mengucap syahadat. Dengan begitu, syiar Islam berjalan di tanah Jawa,” kata dia.
Di samping itu, lanjut dia, Sekaten dan Grebeg Mulud bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Saat ditanya makna dibalik PB XIII membagikan udik-udik sebelumnya, GKR Timoer menjelaskan bahwa hal itu merupakan simbol akan pedulinya Keraton Solo dengan masyarakatnya. Dengan cara mengeluarkan gunungan dan berbagai harta benda lainnya untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat.
“Selain itu, sebagai simbol atas syukur kepada Tuhan karena dalam tahun itu telah diberi kesehatan dan rezeki yang mencukupi. Karena itu dibagi-bagi lah,” ungkapnya.
Ia berharap agar adat istiadat yang baik itu tetap dipertahankan adanya serta dirawat secara bersama. Karena dengan begitu, seluruh masyarakat, terutama masyarakat Solo dan sekitar bisa tahu identitas mereka melalui lelaku adat istiadat itu.
“Dan tugas untuk merawat ini bukan hanya dari kami selaku keluarga Keraton Solo. Akan tetapi juga seluruh masyarakat. Karena itu, ayo bersama-sama merawatnya untuk tujuan yang baik dan persatuan satu sama lainnya,” pungkasnya.
Hal serupa disampaikan oleh salah satu kerabat Keraton Solo, KGPH Adipati Dipokusumo. “Acara ini merupakan salah satu perangkat yang menghubungkan kita kepada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan,” kata dia.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa Grebeg Mulud merupakan kegiatan yang penuh simbol akan rasa syukur atas rahmat Tuhan. Pun dengan gunungan yang digelar secara berpasangan merupakan simbol dari kesuburan.
“Semua ini [rangkaian acara] adalah sesuai dengan perintah Sinuhun. Semua dipersiapkan sesuai dengan itu,” kata dia.
Ia berharap agar kegiatan semacam siang itu dapat dipertahankan turun temurun serta dirawat bersama oleh semua pihak.