by Ika Yuniati - Espos.id Solopos - Jumat, 17 Desember 2021 - 20:13 WIB
Esposin, SOLO -- Pemerintah Kota Solo berkomitmen mengawal pelestarian gamelan yang baru saja ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dalam sidang di Paris, Perancis, Rabu (15/12/2021).
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Solo, Agus Santoso, mengatakan pada Kamis (16/12/2021) atau sehari setelah pengukuhan oleh UNESCO itu, Pemkot Solo menyerahkan seperangkat gamelan kepada empat sekolah. Hal itu disebutnya sebagai simbol dukungan dan perhatian Pemkot terhadap upaya pelestarian gamelan.
Komitmen menjaga gamelan, kata Agus, memang dilakukan di semua bidang. Mulai dari bidang pendidikan hingga pemerintahan. Ia menyebut sampai saat ini ada 29 perangkat gamelan yang telah disumbangkan ke sekolah-sekolah maupun pemerintahan dengan tujuan mereka mau belajar dan mengeksplore gamelan.
Baca Juga: Tahun Pertama Gibran Pimpin Solo, Pengamat Politik: Biasa Saja!
Baca Juga: Tahun Pertama Gibran Pimpin Solo, Pengamat Politik: Biasa Saja!
“Sebanyak 29 itu diserahkan ke kelurahan, kecamatan, juga sekolah-sekolah,” katanya kepada wartawan, Jumat (17/12/2021). Mengenai usulan gamelan didorong masuk kurikulum pendidikan, Agus, mendukung hal itu sepenuhnya.
Menurutnya, pelajaran mengenai gamelan tak harus masuk kurikulum formal. Namun bisa juga mencakup pada kegiatan nonformal seperti ekstrakurikuler dan lainnya.
Baca Juga: Omicron Masuk Indonesia, PHRI Solo Perketat Pengecekan Tamu Luar Kota
Menurutnya gamelan mengandung nilai-nilai saling menghormati, mencintai, dan menghargai. Hal tersebut sangat penting ditanamkan kepada anak-anak untuk membentuk karakter mereka.
Sebelumnya, komposer tradisional yang juga mengikuti proses pengusulan gamelan menjadi WBTB, Peni Candra Rini, menilai penetapan gamelan oleh UNESCO harus ditangkap dengan baik oleh pemerintah. Peristiwa kebudayaan yang ada dalam gamelan harus ditularkan kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
Baca Juga: Mimpi Gamelan Dikukuhkan UNESCO Terwujud Setelah Sang Pengusul Wafat
Caranya yakni dengan memasukkan gamelan dalam kurikulum pendidikan. Dimulai dari Kota Solo, dan merambah ke kota lain di seluruh Indonesia. “Gamelan bukan hanya peristiwa bunyi, tapi juga peristiwa kebudayaan. Gamelan turut membentuk karakter bangsa. Kita lihat orang Jepang yang menekuni budayanya hingga menjadi bagian dari karakter mereka sehari-hari,” katanya.
Sebagaimana diinformasikan, pengukuhan gamelan sebagai WBTB oleh UNESCO berangkat dari usulan seorang komposer dan maestro gamelan asal Solo, almarhum Rahayu Supanggah, pada 2014.
Usulan itu kemudian ditangkap oleh ISI Solo yang kemudian menyarankan Supanggah untuk membentuk tim penyusun naskah. Setelah melalui proses panjang, gamelan akhirnya mendapat pengukuhan sebagai WBTB oleh UNESCO menjelang akhir 2021 ini.