Esposin, SRAGEN—Proses ekskavasi yoni jumbo dan langka di Dukuh Tunggon, Desa Karangpelem, Kecamatan Kedawung, Sragen, membutuhkan waktu tiga hari, terhitung sejak Rabu (3/7/2024) hingga Jumat (5/7/2024).
Selama dua hari ekskavasi, tim berhasil mengangkat yoni dari lokasi terpendam sampai ke pelataran Punden Tunggon dan Jumat ini tinggal diupayakan pengangkutan menggunakan kendaraan ke Balai Desa Karangpelem.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Proses ekskavasi yoni yang diduga berasal dari zaman Hindu-Buddha yang dilakukan Pemerintah Desa (Pemdes) Karangpelem itu melibatkan sejumlah komunitas pemerhati sejarah dan budaya Sragen.
Selain para pegiat dari Yayasan Palapa Mendira Harja Cabang Sragen, ekskavasi itu juga melibatkan pegiat dari Brandal Sukowati. Proses ekskavasi dilakukan hati-hati di bawah pengawasan langsung dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen yang sebelumnya berkoordinasi dengan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sragen.
Sebelum proses ekskavasi, Pemerintah Desa Karangpelem menggelar bancakan. Dalam prosesi ekskavasi yoni menggunakan alat berupa katrol berkapasitas 10 ton. Yoni jumbo itu ternyata memiliki berat hampir 1 ton.
Proses pemindahan sampai ke pelataran Punden Tunggon ditarik dengan katrol dan di bawah yoni diberi batang pohon pisang.
Salah satu pegiat dari Brandal Sukowati Sragen, Deni, menyampaikan proses ekskavasi yoni itu lumayan sulit karena lokasinya di area perkebunan milik warga. Dia mengatakan medan yang menanjak membuat proses ekskavasinya sedikit lebih lama dan harus benar-benar memperhatian keamanan yoni mengingat benda itu merupakan benda cagar budaya.
“Ekskavasi itu harus hati-hati agar tidak rusak. Yoni itu nanti ke depannya bisa untuk edukasi masyarakat agar tidak melupakan sejarah. Para generasi penerus juga bisa melestarikan budaya leluhur supaya tidak dilupakan,” jelas Deni kepada Esposin, Jumat.
Camat Kedawung, Endang Widayanti, menyaksikan langsung proses ekskavasi yoni tersebut. Endang menyampaikan yoni yang ditemukan di Karangpelem itu luar biasa karena ukurannya besar.
Dia mengatakan yoni itu diperkirakan berasal dari abad IX dan yoni biasanya melambangkan kemakmuran dan kesuburan.
"Jadi Karangpelem itu luar biasa potensinya. Komplet. Memiliki sumber mata air dan memiliki benda cagar budaya. Gambaran ke depannya, Desa Karangpelem diarahkan agar bisa menjadi desa wisata. Potensinya ada. Sekarang Karangpelem sudah memiliki kolam renang Umbul Ngepok di Tunggon bisa dikembangkan lagi dan terintegrasi dengan potensi-potensi lainnya," ujar Endang.