by Ichsan Kholif Rahman - Espos.id Solopos - Senin, 30 Agustus 2021 - 20:22 WIB
Esposin, SUKOHARJO -- Sriyono, 40, warga Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo, telah empat tahun menggeluti bisnis kopi lokal asli Temanggung. Memanfaatkan lahan tanaman kopi milik keluarganya, Yono, sapaan akrabnya, memulai usaha tersebut.
Awalnya ia resah melihat hasil panen biji kopi yang dijual murah. Padahal, ia mengetahui harga biji kopi dapat melonjak berkali-kali lipat dengan pengolahan yang benar.
Hal itu lah yang memotivasinya mendirikan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) produksi kopi bernama Ebid Coffe. “Harga jual biji kopi setelah panen sekitar Rp25.000 per kilogram. Setelah saya olah dengan proses yang baik, bisa mencapai Rp150.000 per kilogram,” paparnya kepada Esposin, Senin (30/8/2021).
Yono menceritakan setelah panen hingga diolah menjadi kopi siap jual memerlukan waktu sekitar empat bulan. Ketersediaan biji kopi yang melimpah membuatnya mampu memasarkan olahan kopinya ke seluruh Indonesia.
Termasuk memasarkan ke pasar hingga toko oleh-oleh di Soloraya. “Jabodetabek ada produk kami, terakhir kami mengirim ke Papua. Pemasarannya bisa perorangan hingga warung kopi,” paparnya.
“Proses ini bisa kami ceritakan ke pelanggan. Rasa dan karakter kopi bisa diceritakan, termasuk saat proses,” paparnya.
Ebid Coffe memproduksi dua macam kopi yakni Robusta dan Arabika. Seluruh proses produksi hingga ke pemasaran dilakukan langsung oleh Yono.
Menurutnya seluruh sistem pemasaran online, offline, hingga ikut pameran kopi di seluruh kota ia ikut. Meskipun kopi lokal, kopi asal Temanggung memiliki berbagai keunggulan seperti aroma yang khas dikarenakan kandungan baik tanah Temanggung.
Baca Juga: Cuma Belajar di Youtube, Pria Karanganyar Ini Sukses Terbangkan Kerajinan Bambu hingga AS dan India
Persaingan di dunia kopi pun cukup ketat. Seluruh produsen kopi berlomba-lomba menghasilkan kualitas kopi terbaik. “Inovasi dan kualitas produk terus kami tingkatkan. Ini cara menyikapi persaingan di dunia kopi yang ketat,” paparnya.
Lalu arabika full wash harganya Rp195.000 per kilogram, arabika natural Rp210.000, arabika wine Rp385.000 per kilogram. Ia mengakui omzet sempat menurun di masa pandemi ini. Namun, dalam sebulan omzetnya bisa mencapai Rp20 juta.
Baca Juga: Batik Tresno Dharma Karanganyar Unggulkan Desain Modern, Produknya Pernah Dibeli Orang Belgia Lho!
“Saya lulusan instalasi listrik, sempat kerja di pabrik setelah lulus. Masa kerja di pabrik saya jadikan pelajaran untuk pengolahan kopi,” paparnya.
Setelah fokus berwirausaha, ia fokus mengembangkan diri dengan terus belajar. Termasuk mengikuti peserta UMKM Virtual Expo 2021 Bank Indonesia (BI) Solo bekerja sama dengan Solopos Media Group.