Langganan

DKK Solo Minta Warga Waspada dan Cegah Penyebaran Virus Cacar Monyet - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Candra Septian Bantara  - Espos.id Solopos  -  Jumat, 30 Agustus 2024 - 10:52 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi hasil pemeriksaan positif cacar monyet. (Freepik)

Esposin, SOLO-- Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo meminta warga untuk mewaspadai dan mencegah penyebaran virus cacar monyet atau Monkeypox (Mpox). Mengingat saat ini WHO telah menetapkan Mpox sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Di Indonesia sendiri berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga pertengahan Agustus 2024 terjadi 88 kasus konfirmasi Mpox di berbagai wilayah.

Advertisement

Secara terperinci, kasus tersebar di DKI Jakarta sebanyak 59 kasus , Jawa Barat 13 kasus, Banten 9 kasus, Jawa Timur 3 kasus, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 3 konfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 kasus.

“WHO sendiri telah menetapkan cacar monyet sebagai PHEIC yaitu status yang menunjukkan tingkat keparahan situasi global. WHO menetapkan status ini karena melihat persebaran penyakit yang semakin meluas di seluruh dunia. Maka tidak ada salahnya kita waspada dan melakukan pencegahan penyebarannya” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DKK Solo, Tenny Setyoharini, Kamis (29/8/2024) dalam siaran pagi RRI Solo.

Advertisement

“WHO sendiri telah menetapkan cacar monyet sebagai PHEIC yaitu status yang menunjukkan tingkat keparahan situasi global. WHO menetapkan status ini karena melihat persebaran penyakit yang semakin meluas di seluruh dunia. Maka tidak ada salahnya kita waspada dan melakukan pencegahan penyebarannya” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DKK Solo, Tenny Setyoharini, Kamis (29/8/2024) dalam siaran pagi RRI Solo.

Meski, kata dia, di Jawa Tengah belum ada kasus Mpox yang terkonfirmasi, namun pihaknya sudah memintaa seluruh Puskesmas di Solo untuk siaga. Yakni dengan melakukan edukasi pencegahan, deteksi dini, memantau dan melaporkan apabila menemukan kasus Mpox.

"Kami juga tengah menggiatkan edukasi Mpox kepada para kelompok rentan seperti  LSL (Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki) atau pasangan seks multiple dan penderita HIV/AIDS yang punya risiko lebih tinggi terkena cacar monyet," kata dia.

Advertisement

Adapun gejala yang dialami seseorang yang terkena Mpox, menurut dia, bervariasi seperti sakit kepala, demam, ada ruam kulit kemerahan seperti cacar, timbul benjolan, mengeluarkan cairan, panjeren (benjolan) di ketiak pangkal leher atau selangkangan, nyeri pada kulit, myalgia atau nyeri otot, nyeri tenggorokan, dan sulit menelan.

"Bila menemukan tanda-tanda tersebut segera hindari kontak fisik. Lakukan isolasi mandiri seperti waktu Covid-19 dulu seperti menyendirikan alat makan, cucian baju dan sebagainya. Apabila gejalanya parah maka segera menghubungi rumah sakit," ujar dia.

Dia beharap masyarakat jangan takut atau panik berlebihan, sebab penyakit Mpox bisa disembuhkan. Dan lebih baik, kata dia, masyarakat fokus melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Advertisement

Ditanya soal sudahkah ada layanan vaksin MPox di Solo, Tenny mengaku sejauh ini belum ada. Sebab. layanan vaksinasi hanya diberikan untuk sasaran prioritas atau kelompok berisiko tinggi.

"Di Indonesia sudah ada vaksin Mpox tapi memang belum ada di Solo. Pemberian vaksin Mpox ditujukan untuk kelompok berisiko tinggi sesuai dengan rekomendasi WHO, yakni LSL (Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki) atau pasangan seks multiple dan individu yang kontak dengan penderita Mpox ," terang dia.

Tenny menerangkan saat ini Kemenkes juga telah memperketat pemeriksaan kesehatan di pintu masuk negara, khususnya di bandara, bagi para pendatang dari luar negeri. Hal ini untuk mencegah masuknya varian baru Mpox ke Indonesia.

Advertisement
Ahmad Mufid Aryono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif