by Suharsih Mariyana Ricky P.d - Espos.id Solopos - Senin, 19 September 2022 - 20:10 WIB
Esposin, SOLO -- Selama kurang lebih satu abad lamanya Pintu Air Demangan di Kampung Demangan, Kelurahan Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo, menjalankan fungsinya sebagai pengendali banjir yang selalu menghantui sepanjang sejarah di Kota Bengawan.
Pintu air tersebut dibangun pada 1918 oleh Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Paku Buwono (PB) X. Saat itu, untuk mengatasi masalah banjir yang sudah menjadi langganan di Kota Solo, PB X berkolaborasi dengan Adipati Mangkunegaran, KGPAA Mangkunagoro VI, membangun infrastruktur pengendali banjir.
Mengutip laman surakarta.go.id, dalam buku Sinuhun Pakubuwono X Pejuang dari Surakarta Hadiningrat karya KRT Kastoyo Ramelan, dijelaskan pembangunan berbagai sarana pengendalian banjir membutuhkan dana yang sangat besar. Pembangunan ini dimulai pada 1900 sebagai respons atas sejumlah bencana banjir yang melanda Solo.
Tercatat ada belasan Kota Solo dilanda banjir karena lokasi yang berada di pertemuan dua sungai yakni Kali Pepe dan Bengawan Solo. Banjir besar pernah melanda Solo pada tahun 1861, 1866, 1886, 1899, 1902, 1903, dan 1916.
Tercatat ada belasan Kota Solo dilanda banjir karena lokasi yang berada di pertemuan dua sungai yakni Kali Pepe dan Bengawan Solo. Banjir besar pernah melanda Solo pada tahun 1861, 1866, 1886, 1899, 1902, 1903, dan 1916.
Kemudian setelah dibangun Pintu Air Demangan, banjir terbesar dalam sejarah Solo terjadi pada 1966. Setelah terjadi lagi banjir pada 1968, 1973, 1974, 1975, 1982, 1993, 2007, 2009, 2010, dan 2013.
Kolaborasi antara PB X dengan Mangkunagoro VI dalam pembangunan infrastruktur pengendali banjir menghasilkan tanggul, pintu air, dan sudetan. Salah satunya pintu air Demangan.
Lalu sekitar tahun 2011, sejarah pintu air Demangan, Solo, mencatat adanya rehabilitasi pintu air yang saat itu ada 10 daun pintu terbuat dari kayu jati. Pemerintah mengganti semua daun pintu tersebut.
Kini, pemerintah telah membangun Pintu Air Demangan baru di Kelurahan Sewu, Jebres, Solo. Pintu air baru tersebut dibangun dua tahap yakni pada 2020 dan 2021.
Baca Juga: Jembatan Pintu Air Demangan Lama Solo Ditutup Lur, Dialihkan Ke Mana?
Mengutip laman surakarta.go.id, Pintu Air Demangan baru memiliki desain lebih modern. Ada tiga pintu dengan total lebar pintu mencapai 7,5 meter (masing-masing 2,5 meter). Kemudian ketinggian pintu 5 meter.
Jumlah pompa ada enam unit. Kapasitas total pompa 12,5 m3/detik. Jumlah genset tiga unit, untuk kapasitasnya 1.000 kVA (2 unit) dan 80 kVA (1 unit). Selain itu dilengkapi sensor pengaturan ketinggian otomatis.
Perkiraan anggaran untuk pembangunan pintu air Demangan baru itu mencapai Rp121,6 miliar. Wali Kota Solo saat itu, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan pemindahan tersebut untuk membebaskan warga Solo dari banjir yang selama ini masih mengancam.
Baca Juga: Keren! Ada Taman di Pintu Air Demangan Solo yang Baru, Ini Wujudnya
Di sisi lain, meski sudah ada pintu air baru, Pintu Air Demangan lama di Sangkrah, Solo, tetap dipertahankan karena memiliki nilai sejarah yang tinggi. Pintu air lama itu direstorasi dengan mempertahankan bentuk aslinya karena akan dilestarikan sebagai bangunan cagar budaya.
Kepala SNVT PJPA BBWSBS, Naryo Widodo, saat diwawancarai Esposin, Maret 2022 lalu, mengungkapkan tahun ini masih ada proyek lanjutan penataan bagian hulu Kali Pepe dengan menyambungkan pintu air Demangan lama dan baru.
Di bagian kanan kiri pintu air akan dibuat jalur pedestrian dan taman. Sedangkan untuk pintu air lama hanya restorasi tanpa banyak mengubah bentuknya,” katanya, Kamis (10/3/2022).
Naryo mengatakan anggaran proyek tersebut mencapai Rp60 miliar. Penataan diharapkan agar masyarakat sekitar tak lagi membuang sampah sembarangan dan menjadikan kawasan itu sebagai destinasi wisata baru.