Langganan

Cerita Jalur KA Solo-Wonogiri-Baturetno Hampir Terhubung ke Jatim, tapi Ambyar - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Suharsih Fadila Alfiani Arifin  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 10 September 2023 - 13:25 WIB

ESPOS.ID - Stasiun KA Wonogiri di Kelurahan Giripurwo, Wonogiri, Senin (24/2/2020). (Solopos/M. Aris Munandar).

Esposin, WONOGIRI -- Solo, Wonogiri, hingga Baturetno pernah dihubungkan jalur rel kereta api atau KA sejak 1922 atau lebih dari 100 tahun lalu. Total panjang jalur rel KA itu mencapai 79 kilometer (km).

Dalam sejarahnya, jalur kereta dari Baturetno bahkan pernah direncanakan terhubung sampai ke Tulungagung di Jawa Timur. Mengutip laman p2k.stekom.ac.id, berdasarkan surat SS No 3639 tertanggal 8 Maret 1902, diwacanakan dibangun jalur kereta dari Stasiun Jetis menuju Stasiun Tugu (Trenggalek) menghubungkan jalur kereta api Ponorogo–Slahung dengan jalur kereta api Tulungagung–Tugu.

Advertisement

Kemudian juga dari Stasiun Badegan menuju Stasiun Baturetno menghubungkan jalur kereta api Ponorogo–Badegan dengan jalur kereta api Purwosari–Baturetno. Jalur itu ditujukan untuk mendukung jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa dengan rute Yogyakarta–Wonogiri–Ponorogo–Trenggalek–Tulungagung.

Namun proyek itu ambyar dan berhenti total karena Depresi Besar hingga berakhir riwayatnya karena dibongkar romusa Jepang. Sehingga jalur KA yang aktif hanyalah Solo-Wonogiri-Baturetno.

Advertisement

Namun proyek itu ambyar dan berhenti total karena Depresi Besar hingga berakhir riwayatnya karena dibongkar romusa Jepang. Sehingga jalur KA yang aktif hanyalah Solo-Wonogiri-Baturetno.

Pada 1 Mei 1978, jalur rel dari Wonogiri ke Baturetno terputus akibat pembangunan Waduk Gajar Mungkur (WGM). Jalur rel KA itu ditenggelamkan di dasar waduk. Saat masih aktif, selain mengangkut penumpang KA jalur Solo-Wonogiri-Baturetno juga mengangkut batu gamping untuk memenuhi kebutuhan beberapa pabrik gula.

Saat itu batu gamping dari Baturetno diangkut ke Pabrik Gula Tasikmadu, Gondang Baru, Colomadu, dan Mojo. Perjalanan terakhir dari Stasiun Baturetno tercatat pada 30 April 1978 pukul 12.20 WIB dan tiba di Stasiun Wonogiri pada pukul 13.22 WIB.

Sejarah Pembangunan Jalur KA Solo-Wonogiri

Kini, jalur KA Solo-Wonogiri masih aktif tapi hanya sampai Stasiun Wonogiri di wilayah Giripurwo tak jauh dari Pasar Kota Wonogiri. Dilansir heritage.kai.id, Stasiun Wonogiri terletak di ketinggian 144 meter di atas permukaan laut dan termasuk ke dalam Daerah Operasi VI/Yogyakarta.
Advertisement

Laman p2k.stekom.ac.id mengungkapkan pembangunan diawali dengan segmen pertama di sepanjang Jl Slamet Riyadi Solo. Jalur ini sebelumnya merupakan bekas jalur Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM), perusahaan trem kuda swasta yang mengoperasikan jalur dari Purwosari menuju Solo Jebres melalui Benteng Vesterburg, serta Solo Jebres-Purwosari menuju Boyolali.

Asal muasal perusahaan ini sangat tidak jelas, tetapi tercatat mendapat izin pada 1890 dan mulai mengoperasikan jalur pertamanya untuk trem kuda pada 1892. Pada 1895, SoTM berkeinginan mengganti tenaga kuda untuk menarik trem dengan lokomotif uap.

Hal itu terwujud pada 1906 saat SoTM resmi menandatangani kontrak kerja sama operasional dengan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Kemudian pada 1 Mei 1908, SoTM mengumumkan telah selesai melakukan pergantian dari kuda menjadi lokomotif uap.

Berhenti di 23 Halte

Menyusul pergantian mesin ini, SoTM membangun jalur KA dari Halte Benteng Vastenburg menuju Stasiun Jebres dengan melewati Pasar Gede dan menyeberangi Sungai Pepe. Kemudian dilanjutkan dengan membangun jalur Solo–Wonogiri–Kakap yang diresmikan pada 1 April 1922.
Advertisement

Satu setengah tahun kemudian menyusul jalur KA Solo-Wonogiri-Baturetno diresmikan pada 1 Oktober 1923. Dilansir dari tulisan ilmiah berjudul Sejarah Keberadaan Jalur Kereta Api di Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976 karya Andi Pramono yang diunggah di laman uns.ac.id, jalur rel selatan Solo-Wonogiri-Baturetno dikerjakan dengan ukuran rel 1.067 mm.

Panjang totalnya 79 km dengan melewati 23 tempat pemberhentian, yaitu Pasanggrahan, Ngadisurian, Bendo, Ngapeman, Pasar Pon, Coyudan, Kauman, Lojiwetan, Solo Kota.

Kemudian Kronelan, Kalisamin, Sukoharjo, Gayam, Kepuh, Songgorunggi, Nguter, Pasar Nguter, Kali Katir, Tekaran, Wonogiri, Somohulun, Gondengdondong, Betal (Nguntoronadi), Gamping, dan terakhir Stasiun Baturetno.

Advertisement

Pada zaman dahulu, dibangun halte-halte untuk tempat transit atau turunnya penumpang kereta api. Perbedaan antara halte kereta dengan stasiun adalah halte tidak melayani penjualan tiket kereta serta tidak disediakan petugas-petugas.

Di Wonogiri dulunya terdapat banyak halte kereta api seperti di daerah Tekaran (Selogiri), Wonogiri, Samohoelun (dulu letak halte berada di pintu air Bendungan Serbaguna Wonogiri sekarang), Goedangdondong, Ngoentoronadi (betal), Gamping, Baturetno.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif