Esposin, BOYOLALI -- Limbah batang tembakau melimpah di Boyolali. Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali mencatat pada 2023 ada 22.000 ton limbah batang tembakau. Agar tidak terbuang sia-sia, limbah itu diubah menjadi asap cair yang bisa dimanfaatkan sebagai biopestisida dan biochar.
Dispertan Boyolali memberikan bimbingan kepada kelompok tani untuk pengolahan limbah batang tembakau itu. Kepala Bidang Perkebunan Dispertan Boyolali, Muhammad Busroni, menyampaikan 22.000 ton limbah batang tembakau itu dihasilkan dari sekitar 3.500 hektare lahan tanaman tembakau.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Selama ini, mayoritas petani hanya membakar limbah batang tembakau karena belum tahu cara mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Busroni menyampaikan Dispertan telah membina 18 kelompok tani untuk mengolah batang tembakau tersebut. Akan tetapi, baru satu kelompok tani dari Cepogo yang menjadi pilot project penyulingan batang tembakau.
“Kelompok di Cepogo ini sudah kami fasilitasi alat untuk mengolah limbah batang tembakau menjadi sesuatu yang lebih berguna dengan cara pirolisis atau penyulingan. Dari limbah batang tembakau ini akan diubah menjadi asap cair dan biochar,” jelas dia, Selasa (23/7/2024).
Ia mengatakan asap cair ini bisa dimanfaatkan untuk menjadi biopestisida dan biocharnya bisa untuk memperbaiki struktur tanah. Saat ini, lanjut Busroni, kebanyakan petani untuk masih mengandalkan pupuk pestisida dari bahan-bahan kimia untuk menjaga dan meningkatkan hasil produksi pertanian.
“Akan tetapi dengan semakin mahalnya harga pupuk dan pestisida kimia dan juga dibatasinya subsidi pupuk bagi petani, banyak petani yang sudah mulai beralih memikirkan cara bagaimana menekan biaya produksi dari harga pupuk yang mahal tersebut,” ujar dia.
Selain itu, ia mengatakan penggunaan bahan-bahan kimia baik pupuk maupun pestisida dalam jangka waktu yang lama akan berpengaruh pada pencemaran lingkungan, menurunnya kesuburan tanah, serta bisa membahayakan kesehatan manusia.
Klinik Kesehatan Tanaman
Dispertan Boyolali turun langsung membina kelompok tani dengan cara membuat klinik kesehatan tanaman mendukung pertanian ramah lingkungan atau Klik Taman Mentari.Pendampingan Klik Taman Mentari bakal difokuskan agar para petani bisa memanfaatkan bahan alam di sekitar untuk membuat pupuk dan pestisida dari bahan nabati.
Klinik tersebut diluncurkan untuk memberikan solusi alternatif dengan fokus pada pemanfaatan bahan-bahan alam dalam penerapan pertanian yang ramah lingkungan. Termasuk penyulingan batang tembakau. Ke depan, Busroni ingin tanaman yang dimanfaatkan tidak hanya tembakau tapi juga padi dan sebagainya.
“Pertanian ramah lingkungan adalah pendekatan pertanian dengan penekanan pada praktik yang mendukung keseimbangan ekologis, kesehatan tanah, dan keberlanjutan dalam jangka panjang,” jelas dia.
Pendampingan tersebut diawali dengan tembakau karena potensinya sangat luar biasa yaitu sekitar 3.600 hektare pada 2024. Walau menjadi komoditas besar, tembakau justru tidak mendapatkan pupuk subsidi.
Sehingga, dengan adanya program Klik Taman Mentari, jelas Busroni, dapat menekan biaya produksi petani dan pembelian pupuk yang mahal dan terbatas.
Sementara itu, petani tembakau asal Desa Genting, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Hardi Juki, mengakui selama ini hanya menjual daun tanaman tembakau. Sedangkan limbah batangnya ia bakar.
Ia pun menyambut gembira dengan adanya program pembinaan petani untuk mengolah limbah batang tembakau menjadi biochar dan pestisida asap cair.
“Saya harap program tersebut bisa ditularkan ke petani Boyolali semuanya, agar bisa mengurangi biaya produksi. Kalau biaya produksi berkurang, otomatis keuntungan yang diperoleh petani makin banyak,” kata dia.