by Muhammad Diky Praditia - Espos.id Solopos - Kamis, 18 Juli 2024 - 17:46 WIB
Esposin, WONOGIRI — Bupati Wonogiri Joko Sutopo menilai mahasiswa penerima beasiswa dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri masih minim kontribusinya kepada masyarakat Kota Sukses.
Padahal pemberian beasiswa itu salah satunya bertujuan agar mahasiswa bisa membantu meningkatkan kualitas sosial warga Kabupaten Wonogiri sesuai bidang keilmuan mereka.
Pria yang akrab disapa Jekek itu mengatakan selama ini kontribusi para penerima mahasiswa Pemkab Wonogiri belum terlihat. Para mahasiswa tidak tampak turun ke bawah bersama masyarakat untuk sekadar membagikan ilmu yang mereka dapatkan di bangku perkuliahan.
Dia ingin para mahasiswa itu bisa berkolaborasi dengan masyarakat sesuai bidang keilmuan mereka masing-masing. Misalnya, mahasiswa pertanian bisa datang ke kelompok tani atau gabungan kelompok tani untuk berdiskusi seputar permasalahan pertanian.
Dia ingin para mahasiswa itu bisa berkolaborasi dengan masyarakat sesuai bidang keilmuan mereka masing-masing. Misalnya, mahasiswa pertanian bisa datang ke kelompok tani atau gabungan kelompok tani untuk berdiskusi seputar permasalahan pertanian.
Mereka bisa menawarkan ilmu pertaniannya kepada petani. Dengan begitu, dengan penerapan ilmu pertanian seusai yang diajarkan di perkuliahan, hasil panen petani diharapkan bisa lebih baik.
Begitu juga dengan mahasiswa ilmu kesehatan, misalnya. Mereka semestinya bisa berkontribusi ke posyandu-posyandu atau lembaga pembinaan kesehatan masyarakat lainnya. Kontribusi mereka bisa menyesuaikan program pemerintah.
Dengan demikian, ada peningkatan kualitas sosial dan mahasiswa benar-benar menjadi agen perubahan. “Selama ini impaknya [beasiswa mahasiswa berprestasi Wonogiri] belum terasa. Kalau intelektualitasnya tidak di-share ke lingkungan, lalu buat apa? Harusnya itu itu direplikasi ke masyarakat sebagai upaya membangun kualitas sosial yang lebih baik,” kata Jekek saat diwawancarai Esposin, Kamis (18/7/2024).
Menurut dia, secara kuantitas, pembangunan manusia Kabupaten Wonogiri berdasarkan pendidikan meningkat. Angka lama sekolah semakin tahun semakin panjang. Akan tetapi, hal itu belum sejalan dengan peningkatan kualitas masyarakat.
Maka dari itu, dia berharap para mahasiswa penerima beasiswa itu bisa membantu meningkatkan kualitas sosial yang ditandai dengan perubahan pola pikir masyarakat. “Perubahan kuantitasnya oke, tetapi kualitasnya belum terlihat. Konon kualitas sosial yang baik itu bisa diubah dari pendidikan. Ada perubahan mindset,” ucap dia.
Jekek melanjutkan para mahasiswa yang mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi seharusnya memiliki kesadaran, peka terhadap kondisi sosial, dan merasa memiliki tanggung jawab moral.
Pemkab Wonogiri tidak menuntut para penerima beasiswa untuk mengabdi atau kembali ke kampung halaman setelah lulus. Mereka hanya perlu meluangkan waktu saat akhir pekan atau libur semester untuk menularkan ilmu kepada masyarakat.
Dia mengaku akan mengevaluasi sistem seleksi beasiswa mahasiswa berprestasi Pemkab Wonogiri. Proses seleksi akan lebih ketat, terutama untuk penerima beasiswa lanjutan. Perlu ada sistem penilaian yang bisa menjadi indikator penerima telah berkontribusi kepada masyarakat atau belum.
Program pemberian beasiswa kepada mahasiswa berprestasi berjalan sejak 2016. Dalam kurun waktu delapan tahun, jumlah penerima dan nilai anggarannya meningkat. Pada 2016, Pemkab Wonogiri mengalokasikan Rp2 miliar dengan 116 penerima.
Jumlah itu terus naik dari tahun ke tahun hingga pada tahun lalu jumlah kuota penerima beasiswa ini sebanyak 818 mahasiswa dengan anggaran Rp10 miliar. Total anggaran untuk program ini selama delapan tahun terakhir mencapai Rp44,9 miliar. Program ini menjadi salah satu dari lima program prioritas Bupati Jekek, yaitu Pinter Rakyate.
Terpisah, Ketua Ikatan Mahasiswa Berprestasi [Imapres] Wonogiri, Abimanyu Arya Ramadhan, menerangkan secara struktural Imapres Wonogiri semakin baik. Namun demikian, dia mengakui selama ini para penerima beasiswa itu memang belum bisa maksimal dalam berkontribusi kepada masyarakat.
Kendala yang dihadapi mahasiswa ini biasanya memiliki kesibukan di kampus masing-masing, sehingga kadang meski akhir pekan atau libur semester jarang di rumah.
Menurutnya, Imapres akan mengevaluasi kondisi tersebut, termasuk proses seleksi. Dia juga mengakui para penerima beasiswa ini kurang memiliki kesadaran untuk mengabdi ke masyarakat.
“Kami akan evaluasi itu. Tantangan kami ini bagaimana membangun kesadaran teman-teman mapres untuk mau terjun ke masyarakat,” ujar Abimanyu saat dihubungi Esposin, Kamis.